Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

Ketika Hidup Terasa Banyak Keluhan

Hari terakhir di bulan September tahun 2020, masih tetap mengeja kapan wabah berakhir. Setidaknya tetap perlu direnungi kembali, bulan ini sudah masuk bulan akhiran “ber”, bulan yang menimbulkan rasa dingin. Brrrr . Wabah terus menjangkit, semangat diuji untuk bangkit. Banyak orang yang tidak lagi bekerja karena pengurangan karyawan. Bagi dia yang termasuk ke dalamnya, hal positifnya adalah diberikannya waktu istirahat. Barangkali bekerja bertahun-tahun membuat dia kelelahan, tak sempat punya waktu bersama keluarga.  Namun, bayangnya bukan hanya tentangnya. Masih ada istri dan anak-anaknya yang tetap butuh dihidupi. Satu-satunya harapan yang dia miliki hanya kepada Sang Maha Pemberi. Dia percayakan kepada-Nya, badai pasti berlalu. Seperti hujan yang setia membasahi tanah di bulan September, seperti kering di bulan Maret. Semua hanya persoalan waktu. Menanti hingga reda, berani untuk kembali memulai, tegar dalam ketandusan.  Dia teringat kisah ulama Imam Hasan ...

Menulis Bernilai Ibadah

Menulis bernilai ibadah.  Ya, begitulah kesan yang saya dapat maknai setelah membaca salah satu tulisan Ust. Salim A. Fillah di blog pribadinya. Rasanya ingin saya salin ke sini semuanya, tetapi izinkan saya untuk meminta teman-teman membaca tulisan apik dari beliau di sini: Menulis, dari Makna hingga Daya.   Semoga sudah dibaca, ya. Dan sama-sama kita doakan beliau terus menebarkan kebaikan melalui tulisan-tulisannya. Udah, saya nggak perlu menyampaikan banyak hal. Sudah terangkum di sana semua, hehehe. Selamat memaknai kembali aktivitas yang kita sukai ini, sahabat!

Terlambat

Tidaklah sama antara hal buruk dengan hal baik, walaupun hal buruk itu terlihat lebih menarik. Kedewasaan dibuktikan dengan kematangan membedakan keduanya, sekalipun kilauan hal buruk begitu memanjakan mata. ⁣ ⁣ Dalam pilihan hidup pun demikian. Sejatinya masa kini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang pernah kita ambil. ⁣ ⁣ Menjadi diri kita sekarang ini adalah perjalanan panjang beribu-ribu detik yang telah dilalui. Pada suatu persinggahan, kita akan berpikir bahwa sudah terlambat untuk kembali. Kita mengutuk diri atas kesalahan masa lalu dalam mengambil keputusan, hingga berbuah keputusasaan. ⁣ ⁣ Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik.

Memilih Kesibukan

Selalu saya ingat perkataan pada awal menginjakkan kaki di kampus ini: saya ingin menjadi orang yang bermanfaat. Belum terbayang bermanfaat seperti apa. Yang jelas, andai ada kegiatan bermanfaat, saya pasti berkeinginan untuk ikut.  Ada beragam aktivitas di kampus. Luar biasa, saya takjub. Sangat melimpah kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa di kampus yang tak seberapa besarnya ini. Mereka asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Kegiatan sosial mengajar anak-anak, berdiskusi, mendengarkan kajian keagamaan, dan masih banyak lainnya. Semua aktivitas itu saya yakin membawa manfaat. Kadang saya dengar percakapan beberapa teman. Aku mau ikut kegiatan X, tapi bagian yang nggak sibuknya aja ah, takut capek , begitu katanya. Menurut saya perkataannya itu aneh. Setiap aktivitas yang dipilih pastilah ada kesibukannya. Andai dari luar dilihat tak sibuk, pastilah ada masanya diterpa kesibukan. Apabila suatu saat menemui kondisi seperti ini, kira-kira apa yang akan dilakuka...

Mencoba Produktif dengan To-Do-List

Lebih dari sebulan * segala aktivitas banyak dilakukan dari rumah. Kalau ditanya bagaimana perasaannya, kurang bervariasi aja rasanya. Kangen kejar-kejaran bus Transjakarta 5C di Harmoni, ketiduran sampai Kampung Melayu sewaktu mau ke kampus Rawamangun, dan masih banyak drama sebelum kuliah lainnya. Sekarang, drama yang dialami paling sekadar ketiduran dan telat online .  Asyiknya, selama pandemi, saya jadi punya banyak waktu melakukan banyak hal. Kadang, melakukan banyak hal dalam satu waktu. Misal, nugas sambil bikin sirup sambil rapat online sambil ngetik buat tulisan di blog. Dengan kata lain, blenger juga kalau begini terus. Saya nggak pernah bisa fokus.  Saya berstrategi agar seluruh aktivitas harian bisa (mendekati) maksimal hasilnya. Ya, sebuah cara yang sering saya buat, tetapi sering juga tidak terlaksana: membuat to do list harian. sumber: Pixabay Sempat ragu dalam memakai cara ini. Karena, menurut saya, buat apa bikin daftar kegiatan kalau ak...

Dari Podcast Turun ke Hati

Suatu waktu saya mendengar kisah dari Kang Dewa Eka Prayoga. Beliau sering banget berbagi ilmu tentang jualan. Beliau sering jadi pemateri dalam seminar-seminar. Beliau cerita di podcast-nya, ternyata banyak orang di luar sana yang pengin belajar juga, tapi nggak bisa ikut seminarnya karena terhambat jarak. Kang Dewa terpikirkan, bagaimana caranya orang-orang tersebut bisa tetap belajar. Akhirnya, beliau buatlah medium-medium lain yang mudah diakses di mana pun dan kapan pun. Dibuatlah podcast dan video di Youtube. Kisah hidupnya luar biasa penuh lika-liku. Dulu beliau pernah ditipu bermiliaran rupiah hingga akhirnya berutang pada pemberi saham, hingga dalam kurun waktu sekitar 5 tahun utangnya tersebut dilunaskan. Pengalaman dan kiat-kiatnya dalam membangun bisnis dibagikan melalui konten-konten, baik berupa postingan Instagram, podcast, maupun video di Youtube. Saya menangkap satu hal dari podcastnya kala itu. Bagaimana Kang Dewa tetap ingin memberikan kebermanfaatan dalam...