Skip to main content

Hidup ini singkat


Semakin kesini, semakin kita besar dan dewasa. Berarti jatah hidup kita makin bekurang tiap harinya. Kata orang, hidup itu ga terasa, tau-tau udah gede aja. Contoh:

“Perasaan kemaren gua baru aja berojol, tau-tau udah SMA aja” (lah emangnya dia inget)
“Perasaan kemaren gua baru aja di MOS, tau-tau cucu gua yang sekarang di MOS” 
  (tua banget ini orang)
‘Perasaan baru aja kemaren makan kue rangi, tau-tau sekarang udah ga ada yang jual”
(kalo ini gua yang ngomong)

Jadi ngomongin kue rangi. Bagi kalian yang ga tau sama kue khas betawi ini, nih gua kasih gambarnya.
www.radar-indo.com

Bukannya ga ada yang jual, cuma jarang nemuin aja. Seumur-umur, gua baru makan ini sekali. Jadi lupa gimana rasanya. 

Balik lagi. Ternyata emang bener ya hidup itu ga terasa, tau-tau udah sekolah SMA aja. Udah 10 tahun sekolah (karena gua kelas 10), ga ada bosen-bosennya buat belajar. Sama kaya gitu, udah 15 tahun hidup (karena gua umur 15 tahun), ga bosen-bosen buat hidup, kecuali yang mati bunuh diri.

Hidup itu harus bener-bener dinikmati, tentunya dengan hal-hal positif. Setiap ada hal (positif) yang menurut kita itu berat,kerjain dan dinikmati aja. Toh, pasti efeknya bagus kedepannya.

“Hidup itu kaya makan siomay. Pedasnya saus, manisnya sambel kacang, dan pahitnya pare kita nikmatin aja.”

Dari kata-kata diatas gua ga menganjurkan kalian buat makan siomay pake pare ya. Yang jelas, hidup ini singkat, sesingkat tulisan di blog ini.
Ciao!
@robby_haryanto

Comments

  1. Gua belom pernah beli siomay pake pare. Gua juga belom pernah makan pare. Rasanya gimana sih? Keren rob, semangat ngeblognya yakkk

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...