Skip to main content

WISGR, Bukti Kreativitas Anak Bangsa

Apa yang membanggakan dari Indonesia? 

Menurut gue, manusianya, terutama kreativitasnya. Banyak banget orang Indonesia yang kreatif. Misalnya, di jalur 3 in 1. Orang-orang kreatif tadi memanfaatkan aturan itu menjadi peluang mencari uang sebagai joki 3 in 1. Oke, kayaknya itu bukan contohnya deh.

Terbukti, kreativitas anak bangsa telah membuahkan hasil—bukan jadi joki 3 in 1 tentunya. Salah satu buktinya adalah dengan munculnya game WISGR.





Game ini dibuat oleh developer game Guklabs. Game ini sudah mulai ramai dibicarakan di banyak forum digital. Ramainya perbincangan mengenai WISGR karena diprediksi game ini akan menjadi game yang dapat sambutan baik di pasar game internasional. Kekuatan WISGR ada pada story dari gameplaynya. WISGR berusaha membawakan cerita yang dapat menyentuh perasaan pemain serta ceritanya pun full original.



WISGR adalah game PC bergenre action adventure. Karakter utama dalam game ini bernama Boghe yang merupakan seorang pemanah dengan arrow dan clever berwarna merah putih. Hal ini membuat WISGR semakin terasa kekentalan rasa Indonesianya. Selain itu dalam cut scene conversation juga banyak dialog-dialog asli khas Indonesia yang ditampilkan. Perihal pembuatan maps, juga akan sangat beragam untuk mencerminkan keragaman budaya tanah air. Keren banget deh pokoknya!



Selain unsur Indonesia yang kental, seperti telah banyak diperbincangkan, WISGR juga sangat menarik dalam twist story-nya. Pemain nggak akan mudah menebak jalan cerita dalam game. Pemain juga nggak bisa dengan mudah mengalahkan musuh. Sebab, menurut produsernya, attacking power saja nggak cukup. Jiwa “player” benar-benar dibutuhkan dalam memainkan game ini. 

WISGR sebelumnya telah mengeluarkan demo version pada Februari lalu sebagai langkah awal untuk melihat respons pasar. Hasilnya didapatkan banyak respons positif, ulasan menarik seperti perbandingan dengan games sejenis lainnya, walaupun juga masih banyak beberapa evaluasi di mana terjadi bug dan eror. Perihal bug, Tim Guklabs saat ini sedang melakukan perbaikan agar WISGR menjadi game yang dapat dimainkan dengan baik secara internasional. Full version dari WISGR akan segera rilis. Untuk sementara, kita bisa main versi demonya, nih. Untuk memainkan versi demo WISGR bisa download gratis di wisgr.guklabs.com.

Dengan adanya WISGR sebagi karya anak bangsa, gue berharap hal ini sebagai pemantik untuk ke depannya akan semakin banyak anak bangsa yang terpengaruh untuk semangat menelurkan karya.


Comments

  1. Jujur aja gue nggak suka main game sih. Bukan karena udah menua dengan terstruktur, tapi karena emang kurang gaul aja. Tapi yang jelas gue dukung terus game buatan anak bangsa.

    Nanti kalau pas gue ngajar mesti nyebutin contoh2 sikap cinta tanah air. Gue bakalan contohin main game WISGR salah satunya

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...