Skip to main content

Obat yang Ditawarkan Senja

Apa yang mampu mengobati lelah setelah seharian beraktivitas?
Saya pernah mendengar jawaban: "menikmati senja". Tidak ada cara tertentu untuk menikmati senja. Boleh memotret langit, melipir ke tukang buah untuk makan nanas di pinggiran fly over--seperti yang biasa teman saya ceritakan pada saya, atau bahkan semudah menatap langit jingga. Senja adalah waktu yang sibuk bagi orang-orang untuk pulang.

Hari itu saya pulang dari Kebun Raya Bogor (KRB) dalam acara bersama teman-teman. Saya dibonceng seorang teman menggunakan sepeda motor. Kami meninggalkan KRB sekitar pukul 5 sore. Sebelumnya kami harus mengalami "drama parkir motor" selama 30 menit. Gara-gara teman saya parkir bukan di tempat semestinya dan bikin geger penjaga KRB, terpaksa kami pulang lebih sore daripada teman-teman lainnya.

Suara azan Magrib mengangkasa. Teman saya sesering mungkin melihat ke kiri jalan untuk mencari masjid terdekat. Saya merasa aman dan bersyukur dibonceng dia. Teman saya mengerti bahwa secepatnya kita memang harus berhenti dan segera bersujud. Teman saya menyalakan lampu sein kiri tepat di depan sebuah pondok pesantren.

Di akhir sholat berjamaah, saya dibuat terpukau sekaligus terpukul. Mendengar rapinya para jamaah--yang mayoritas diisi oleh santri--berzikir. Mereka tidak terburu-buru. Sangat jauh berbeda dengan saya yang lebih sering ingin keluar lebih cepat setelah shalat.

Tertampar. Itulah kata yang pas menggambarkan perasaan saya saat itu. Terlalu sering saya meminta hal untuk buru-buru diwujudkan, tetapi waktu yang diluangkan untuk mengingat-Nya hanya sedikit. Merasa nggak tau malu juga ketika datang ke rumah-Nya hanya karena ada maunya. Setelah diberi, sudah, selesai semua. Sore itu spontan air mata saya mengalir. Mengingat bagaimana kurang ajarnya saya dalam berhubungan dengan-Nya. Saya sepertinya sedang 'sakit' sehingga kejadian sore itu menjadi obat buat saya. 

Saya jadi rindu wisata-wisata seperti ini. Pergi ke tempat tak terduga yang menjadi obat hati saya untuk selalu mengingat-Nya.

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 152)

Comments

  1. Allahukabar,postingan yang mengingat dan mencerahkan

    Masjid mana masjid

    ReplyDelete
  2. Terakhir berkunjung kesini kapan yak? Udah 400k+ aja views nya, hebat!

    I maybe someone far far away from you by the distance itself or else. But from your written ikr you're being a better person day by day. Keep it up sob!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, udah lama juga nggak blogwalking ke blognya kak Zahrah. Akibat "semi-vakum". Hehehe.

      Aamiin ya rabbal alamin.

      Delete
  3. kurang mas.. menikmati senja dan di pantai

    ReplyDelete
  4. Teringat tulisan sendiri tentang senja yang udah dihapus dari blog. Waktu itu rencananya mau diniatkan jadi naskah buku. :')

    Dibonceng itu bukannya yang ngendarain motor? Kalau membonceng baru yang di belakang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya, pas baca komen ini langsung cek KBBI. Ternyata bener. Sip, terima kasih koreksinya, Bang Yogs. :)

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...