Skip to main content

Pengalaman Upload Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Ketika itu momen Masa Pengenalan Akademik (MPA) FMIPA UNJ. Saya dikenalkan dengan sesuatu yang bernama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Saya kepo dong. Ternyata, PKM itu kayak lomba karya tulis gitu. Begitulah singkatnya menurut saya saat maba. Lalu PKM terbagi menjadi 5 bidang, yaitu PKM-K (Kewirausahaan), PKM-T (Teknologi), PKM-P (Penelitian), PKM-M (Pengabdian Masyarakat), dan PKM-KC (Karsa Cipta).

kemahasiswaan.polsri.ac.id

Intinya, dari proposal PKM itu, kita bisa ngasih ide sebagai solusi dari permasalahan atau mengembangkan suatu solusi yang pernah ada dengan kreativitas kita.

Kalau bagus, proposal kita bisa didanai, lho. Dana itu yang nantinya dipakai buat merealisasikan ide kita dalam proposal. Final dari itu semua, proposal yang didanai bakal dikumpulin se-Indonesia dalam acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) untuk mempresentasikan hasilnya.

Karena pernah punya dasar menulis, bagi saya, gampang rasanya buat sering ikut ginian.

Ternyata, SULIT!

Pengalaman di Tahun Pertama
Tahun pertama saya langsung punya keinginan untuk ikut submit PKM.

Kebetulan penugasan MPA saya diminta membuat mini proposal PKM. Pada saat mendekati masa-masa pengumpulan, saya diajak seorang kakak tingkat untuk membuat PKM. Sebelum jadi mahasiswa, saya sudah terbiasa dengan format dan cara penulisan. Walaupun saat itu konteksnya adalah penulisan naskah buku atau cerpen.

Posisi saya pada tahun ini di tim hampir terasa “ada dan nggak ada”. Atau istilah kasarnya “numpang nama”. Nggak terlalu banyak kontribusi. Pelajaran paling penting adalah saya sedikit ngerasain medan tempurnya. Ibarat orang mau belajar renang, saya baru pada tahap nyelupin jari ke kolam.

Pengalaman di Tahun Kedua
Sebenarnya, untuk tahun kedua ini saya nggak upload proposal PKM. Biar tetep ada ceritanya, saya buat aja subnya di sini.

Untuk tahun kedua, saya nggak terlalu tertarik ikut lomba-lomba apalagi PKM. Kalaupun ikut, paling cuma ikut lomba puisi individu. Pernah sih, buat tim untuk ikutin suatu lomba. Namun, karena kurang serius garapnya, akhirnya grup itu nggak jadi apa-apa.

Oke, tahun ini puasa dulu.

Pengalaman di Tahun Ketiga
Ya, tahun ini! Dimulai dari semester 5. Saya baru semangat ikut lomba-lomba. Walaupun terhitung dari September sampai Oktober akhir ini saya baru ikut satu, itu pun yang sedang saya perjuangkan sekarang, yaitu PKM.

Dalam prosesnya, PKM yang sedang saya ikuti bukanlah sesuatu yang direncanakan. Di bulan September lalu, saya sempat ingin ikut lomba media pembelajaran yang diselenggarakan MUI. Ide udah ada, temen setim yang keren—lebih niat dari tahun sebelumnya, dan semangat saya yang lagi naik-naiknya.

Sebelum lebih jauh, saya mau curhat sedikit...

***

Dari mana semua semangat itu?

Saya mulai menyadari, umur saya di kampus kemungkinan nggak akan lama lagi. Di tahun ketiga ini, saya belum banyak berbuat di kampus. Ibarat apa yang dikatakan seorang dosen pada suatu hari, “Orang Indonesia itu make laptop baru sekian persennya. Kebanyakan dari kita baru memfungsikan laptop sebagai alat pengganti mesin tik.”

Mungkin berangkat dari analogi itu yang semakin menguatkan saya. Hal-hal keren yang bisa dilakukan mahasiswa selama masa kuliah baru sedikit yang bisa saya lakukan. Kuliah, jadi panitia, organisasi, tetapi menjadi orang yang ikut-ikut lomba jarang. Ini yang nggak boleh terlewatkan.
Kedua, dosen sekaligus pembina BEM saya yang menyemangati. Kejadiannya cukup spontan sebenarnya.

Saat itu, saya laporan ke Bu Ella, namanya, tentang daftar orang-orang yang berhasil lolos Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dari prodi Pendidikan Kimia. Sebelumnya, saya pernah juga mengabarkan nama-nama yang mengikuti ikut konferensi di Malaysia. Setelah saya laporan tentang PMW tadi, pesan WhatsApp saya dijawab. Kurang lebih pesannya begini: “Kamu ikut lomba juga, By. Meski jadi ketua BEM, tetep juga harus beprestasi.”

Pesan itu yang membuat saya ter-trigger untuk semangat ikut lomba. Kebetulan ketika itu saya sedang progres ikut lomba media dari MUI tadi, saya sekalian mengajukan beliau untuk jadi pembimbing dalam proyek saya dan teman-teman. Alhamdulillah, beliau bersedia.

Namun, lomba tersebut nggak sampai pada tahap akhir. Kendala pembuatan media yang rumit membuat kami mengurungkan niat melanjutkan lomba.

Nggak lama setelah itu, muncul informasi akan ada review internal kampus untuk upload proposal PKM. Saya kabari teman-teman tim sebelumnya, “Kita ajuin aja yuk ke PKM.” Alhamdulillah mereka setuju. Kami garap lagi lebih serius. Bimbingan juga ke Bu Ella. Bolak-balik cari informasi dan tips.

Sampai hari terakhir submit proposal PKM, draf kami belum selesai. Makin sulit saat hari itu karena kami sekelas, dan kelas kami praktikum seharian. Bingung, belum ini itu untuk melengkapi. Malamnya, saya berusaha ngebut untuk dapat menyelesaikan proposal. Alhamdulillah, 30 menit sebelum penutupan submit, naskah saya selesai. Merdeka!

Saya buru-buru buka web PKM Kemahasiswaan UNJ untuk upload. Seharusnya, semua lancar-lancar aja. Laptop aman, meskipun harus dimainin sambil nyolok. Kuota masih ada. Harus upload malam ini. Harus.

Setelah login, saya berhasil masuk home. Lancar jaya.
Menit-menit terakhir menuju penutupan. Hah, saya makin bersemangat. Apalagi inget kemarin-kemarin perjuangannya. Kalau dikilas balik, ini adalah kesempatan kedua untuk upload setelah sebelumnya tanggal 15 sudah ditutup. Jangan sampai kendor!

Saat saya masuk ke menu Proposal, muncul tampilan seperti ini di layar.

maaf layarnya kotor...

Oke, mungkin sedikit bermasalah. Refresh.

Nggak berubah. Refresh lagi.

Nggak berubah.

BENERAN NGGAK BISA UPLOAD NIH?!

Saya langsung kirim foto tampilan tersebut di grup. Ternyata banyak yang senasib dengan saya. Mereka sama-sama belum bisa upload. Saya udah mikir nggak enak sambil ngelihat tampilan di layar.

“Ah, udah tahun depan dah. “

“Ah, masa selesainya begini. Nggak diselesaikan dengan baik-baik ini namanya.”

Di satu sisi, kayak nyalahin diri sendiri, “Kenapa kemarin di jeda 10 hari saya malah banyak ngelakuin hal sia-sia?”

Padahal ini baru submit internal kampus. Gimana senasional?

Oke, lah. Saya berusaha ikhlas. Sambil ngerasa pupus harapan, saya tetep mantau grup. Berharap ada secercah harapan.

***

Harapan itu datang. Admin di grup itu ngirim pesan di grup.

“Karena banyak yang akses, nanti saya cek.”

“Sepertinya karena banyak yang akses, saya perpanjang sampai Minggu.”

Beuh, rasanya kayak abis ngegolin gawang lawan di menit 90+4 padahal perpanjangan waktu cuma 3 menit.

Mungkin begini rasanya. Suatu rasa yang pernah diceritakan seseorang kepada saya. “Kita tuh mesti ikut lomba-lomba. Apa pun. Menang atau kalah cuma perkara hasil. Yang penting kita ngerasain yang namanya ‘atmosfer’.”

Ya, akhirnya saya ngerasain lagi namanya atmosfer kompetisi. Lupa juga, kapan ngerasa begini, yang kalau dilihat-lihat, lawan saya adalah bukan lawan secara fisik. Lawan saya saat itu adalah diri saya sendiri. Bisa nggak saya melawan rasa malas untuk sekadar ngedit draf? Kurang lebih seperti itu.

***

Alhamdulillah, Minggu pagi ini saya berhasil upload proposal PKM internal UNJ. Mohon doanya ya teman-teman biar bisa lanjut submit tingkat nasional. Selain itu, biar bisa lanjutin cerita di sini. Hehehe.

Special thanks to someone who said, “Bekerja adalah ibadah, berprestasi adalah dakwah.”

Comments

  1. Semangat pak ketua bem
    Semoga lolos biar bisa lanjut ceritanya, aamiin

    Btw bener banget apa yang dikatakan bu dosennya, bukan hanya keren karena jabatan nya tapi kalau bisa ditambah dengan prestasinya. Itu akan menjadi daya tarik tersendiri, untuk lawan jenis maupun untuk menggaet hrd di masa mendatang, wkwkk

    Intinya biar cv nya keren kalau dibaca

    ReplyDelete
  2. Mantaaaap walaupunn sempet panik akhirnya berhasil juga uploadnya. Hahaha. Ditunggu nih apdetannya.

    Btw, baru tahu kalo lo jadi pak bem dari komen di atas. Hmmmmm.

    ReplyDelete
  3. Wah... aku sering banget ketemu orang-orang yang sibuk proses PKM sampai bisa menyelesaikan dengan baik, meskipun perjalanannya nggak mudah.

    Semoga bisa berhasil ya Kak... Semangat dan semoga bisa sampai nasional dan bisa melewati semua rintangan, termasuk rintangan sempet gagal upload.

    Semangat!

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...