Skip to main content

Menjadi Pribadi Hebat


Kepada pemuda, “Bebanmu akan berat, jiwamu harus kuat. Akan tetapi, aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu.”

Begitulah kutipan awal di kover buku Pribadi Hebat. Buku yang beberapa kali mampir di layar hape, lalu berujung pada keinginan untuk meminangnya ke lemari. Keinginan itu terwujud walaupun yang saya punya kovernya berubah. Asik~

Menarik setiap kali saya membaca buku Buya Hamka. Ada kesan mendalam, terutama nilai-nilai adat dimasukkan dalam setiap buku-bukunya. Buku Pribadi Hebat adalah buku ketiganya yang saya punya, setelah dua buku sebelumnya berjudul Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam dan Ghirah lebih dulu masuk lemari.

Rasa antusias saya nggak cukup setelah baca kovernya. Bahkan sampai baca pengantar penerbitnya pun saya tergugah. Dalam bagian ini, saya tersentak membaca kalimat, “Setiap manusia sudah mempunyai potensi dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang hebat dan luar biasa. Potensi-potensi kebaikan tersebut haruslah dibina dan ditumbuhkan agar tumbuh dalam diri setiap manusia. Dengan demikian, setiap individu dapat menjadikan dirinya luar biasa dan memberikan kontribusi kepada bangsanya.” 

Kalimat-kalimat itu seolah menjadi stimulan untuk tangan saya membuka lembar-lembar selanjutnya. Buku ini mengajak saya untuk menyelami kepribadian saya sendiri khususnya.

Buku terbitan Gema Insani ini terbagi menjadi sepuluh bagian. Mungkin nggak banyak yang bisa saya tulis. Entah jadinya resensi atau cerita biasa, ya beginilah adanya yang ingin saya bagikan.

Bagian 1: Pribadi
Bagian ini menceritakan tentang apa itu “pribadi”. Pribadi adalah kumpulan kesan yang muncul pada diri seseorang. Kesan tersebut dibicarakan dan diingat banyak orang. Misal, seseorang hatinya suci, sikapnya jujur, perkataannya teratur, cerdas, dan lain-lain. Hal itulah yang menjadi nilai seseorang.

“Pribadi seseorang dapat diketahui setelah melihat perjalanan hidupnya dan rekam jejak usahanya.” (hlm. 4)

Bagian 2: Yang Memunculkan Pribadi
Setelah kita diajak untuk memaknai kata “pribadi”, penulis melanjutkan bahasan tentang apa-apa saja yang memunculkan pribadi. Setidaknya ada 10 poin yang disebutkan, yaitu
1. Daya tarik
2. Cerdik
3. Menimbang rasa (empati)
4. Berani
5. Bijaksana
6. Berpandangan baik
7. Tahu diri
8. Kesehatan tubuh
9. Bijak dalam berbicara
10. Percaya kepada diri sendiri
“Timbang rasa (empati) muncul karena hati yang bersinar. Sinar itu membayang di mata sehingga raut muka pun menjadi jernih.” (hlm. 20)


Bagian 3: Hubungan Antara Jasmani dengan Ruhani
“Tubuh berhubungan dengan jiwa dan dalam tubuh ada beberapa hal yang menentukan arah jiwa. Apabila tubuh sakit, jiwa pun ikut merasakan juga.”

Bagian 4: Pribadi Bangsa 
Kalimat awal pada bagian ini cukup lugas: “Pribadi yang membuat sejarah dalam suatu bangsa ada dua macam, yaitu pribadi pemikir dan pribadi pekerja.” Bagi penulis novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, keduanya utama dan mulia. Ahli pikir tiada berarti jika tidak ada yang mengerjakan, tidak ada yang menyambut.

Hamka juga menuliskan tentang betapa berartinya kaum cendekiawan dan sarjana. Orang-orang berilmu ini diharapkan menjadi pembimbing bagi kaum yang lainnya. Ilmu-ilmu tersebut menjadi kekuatan bangsa.
“Karena itu, ilmu pengetahuan bukan lagi menjadi alat si pandai menekan si bodoh dan bukan pula alat penjajahan. Melainkan sarana pembimbing bagi yang lemah supaya ikut naik posisi dan nilainya sehingga tercapai sebanyak-banyaknya manfaat untuk sebanyak-banyaknya orang.” (hlm. 77)
Bagian 5: Yang Menguatkan Pribadi
Pada bagian ini, setidaknya ada 5 poin yang disampaikan Hamka tentang apa saja yang menguatkan pribadi seseorang.
1. Memiliki tujuan
Tujuan harus jelas, jangan menerawang. Namun, muncul sebuah pertanyaan yang juga dijawab oleh penulis sendiri. “Bagaimana jika aku meninggal sebelum tercapai tujuanku? Mengapa Anda lupa bahwa membina dunia ini bukanlah pekerjaan kita seorang? Jika sudah jelas tujuan hidup Anda, percayalah bahwa orang yang datang kemudian berani melanjutkannya.”

2. Keinginan bekerja
Poin ini merupakan lanjutan dari poin sebelumnya. Perlu ada rasa keinginan untuk menghadapi apa pun demi sebuah tujuan.

3. Rasa wajib
Poin ini bicara tentang kewajiban. “Rasa wajib dengan sendirinya memaksa diri supaya berjalan terus dan fokus.” (hlm. 91)

4. Pengaruh agama dan iman
“Iman dan agama berpengaruh besar dalam pembentukan pribadi.” Baginya, iman-lah yang mendorong cipta dan memunculkan keberanian dalam menghadapi kewajiban.

“Bekerjalah manusia dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan." (hlm. 94)

Dalam Islam, seluruh pekerjaan bisa dinilai ibadah asalkan diniatkan karena Allah. Mengharap keridhaan Allah swt.

5. Pengaruh shalat dan ibadah
Kesulitan yang seringkali dihadapi manusia membuat putus asa dalam diri. Kita dituntut untuk bersabar di atas kesulitan tersebut. Dan sebagaimana yang difirmankan Allah, wasta’inu bish-shabri wash sholah. Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan salat.

“Dengan shalat, pribadi yang awalnya lemah, memperoleh kekuatan kembali. Penyatupaduan pikiran diperoleh karena penyatupaduan tempat menumpukkan kepercayaan.”

Bagian 6: Pikiran dan Rasa Seni
Pada bagian ini, Hamka menyebutkan tiga poin terkait pikiran dan rasa seni. Pertama, pikiran dan perasaan harus sejalan. Kedua, mendidik bukan memaksa. Ketiga, Hamka menyebutkan pada bagian sendi-sendi kebesaran jiwa, antara lain tidak gelisah, rela menerima hidup dan berusaha, dan bermuka jernih.

Bagian 7: Yang melemahkan pribadi
1. Menjadi bayang-bayang orang lain
Penulis memberikan pesan bagi kita bahwa janganlah kita jadi bayang-bayang orang lain. Hal ini menimbulkan tenggelamnya pribadi karena keinginan menjadi “orang lain”. Banyak tokoh hebat yang dalam prosesnya banyak dipengaruhi tokoh lain. Hal ini wajar karena terjadinya proses belajar. Seperti yang disebutkan dalam buku ini, Gandhi terpengaruh oleh Tolstoy dan Tolstoy terpengaruh oleh Rousseau.

2. Ikatan adat lama pusaka usang
Poin selanjutnya membahas tentang adat yang merupakan “undang-undang” dalam kebiasaan masyarakat. Orang tua banyak yang merasa enak dengan sistem lama, tetapi dapat pertentangan dari anak muda. Begitu anak muda ini membawa “adat”-nya sampai tua, “adat” tersebut ditentang lagi oleh anak muda di masanya. Begitu seterusnya.

“Setiap zaman ada baiknya dan ada pula buruknya. Celaka orang yang tidak dapat menyesuaikan diri.” (hlm. 116)
3. Budak buku
Buku adalah karangan manusia. Sebagaimana lumrahnya, manusia pasti pernah khilaf. Dari situ, penulis berpesan agar kita tidak menelan begitu saja buku yang kita baca. Hal tersebut dapat mengurangi jiwa kritis. Begitu pula yang penulis temukan pada beberapa sarjana. Mereka mahir mengumpulkan dan mengutip perkataan profesor tapi nggak sanggup memberi pendapat sendiri.
Sebagai langkah bijak, saya mengutip kalimat paragraf terakhirnya:

“Selamilah sedalam-dalamnya pikiran orang lain dalam buku orang lain agar kita dapat membandingkan dan mencari tahu siapa diri kita. 'Telan’ buku-buku yang banyak, lalu jadikan pupuk untuk menyuburkan diri sendiri dengan pendapat sendiri.”




4. Tidak tentu arah
Poin ini, Buya Hamka memberi sebuah contoh seseorang. Dia berobsesi ingin menjadi orang hebat. Semangat dalam pekerjaannya mengurusi organisasi ini dan itu. Akhirnya dia tidak mencintai pekerjaannya. Ternyata, obsesinya selama ini hanyalah agar terkenal.

5. Menjadi benalu
Kita semua pasti nggak suka sama istilah tersebut. Hidupnya tergantung sama orang lain. Numpang sana sini. Akhirnya, orang tersebut tidak dihargai.
Dalam buku ini, agar pribadi dapat dihargai, “Janganlah suka meminta, janganlah menyandarkan nasib kepada orang lain.” 

Bagian 8: Kesempurnaan pribadi
Ada empat poin yang menjadi bahasan pada bagian kesempurnaan pribadi.
1. Pandangan hidup
Untuk menjelaskan siapa diri dan bagaimana hidup, Hamka menyampaikan bahwa kita harus berterus terang, bertanggung jawab, sabar, dan memiliki kemauan yang keras.

2. Ikhlas
“Di depan dan di belakang, di luar dan di dalam, lahir dan batin orang yang ikhlas sama saja. Sangat besar pengaruh ikhlas bagi kemajuan hidup. Orang yang ikhlas tidak akan kekurangan tempat. Masyarakat akan tahu di mana dia diletakkan sehingga dia tidak perlu mengejar-ngejar lagi.”

3. Bersemangat
“Semangat yang berapi-api adalah sebagian dari sikap berani, yang timbul karena dorongan percaya atas kekuatan diri sendiri. Namun, jika semata-mata bersemangat saja, pengetahuan tentang hal yang akan dihadapi tidak ada, tidak akan berhasil.”

4. Berperasaan halus
“Kehalusan perasaan adalah hasil pribadi yang kuat. Setengahnya karena diwarisi dan setengahnya karena luas pergaulan, banyak pengalaman, dan banyak melihat negeri orang lan sehingga dapat membandingkan masyarakat dan lingkungan sendiri dengan masyarakat dan lingkungan orang lain.”

Bagian 9: Kebesaran pribadi
“Pribadi yang besar tidak berbeda dari manusia biasa. Orang yang hidup dekat mereka, akan dapat melihat sisi kelemahannya dan kekurangannya.
Orang tunduk padanya karena naluri. Hal-hal seperti itu hanya ditemukan dalam diri orang yang berani. Berani menghadapi dan mengatasi persoalan yang sulit dalam hidup. Dia sekali-kali tidak takut dan cemas, tidak ragu-ragu dalam persoalan yang sulit bagi orang lain.”

Bagian 10: Pengaruh keadaan atas pribadi bangsa Indonesia
Pada bagian ini, penulis memberikan penegasan terhadap modal-modal yang telah disebutkan sebelumnya. Modal-modal seperti kejujuran, keberanian, empati, daya tarik, dan lain-lain akan tetap jadi modal yang tidak pernah habis dan tidak basi selamanya, in syaa Allah.

***

Untuk penilaian,buku ini secara bahasa emang agak susah dimengerti. Ada beberapa istilah yang memang asing di telinga. Satu lagi kekurangan dari buku ini adalah nggak adanya footnote. Kata-kata yang sulit dimengerti dikumpulkan dan dijelaskan di endnotes. Ah, mungkin saya kurang biasa dengan endnotes. Yang jelas, sering merepotkan karena harus buka halaman-halaman akhir setiap kali ketemu istilah.

Buku ini cocok untuk kalian yang sedang meng-upgrade diri untuk semakin hebat.

Comments

  1. Oh, jadi ini tuh buku motivasi ya? Btw, kok bagiannya jadi ada 10, bukannya lu bilang di atas kalau cuma ada 8 ya?

    ReplyDelete
  2. Nasehatnya bagus bagus dan mengena banget untuk menjadi pribadi yang hebat.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...