Skip to main content

Keluar Rumah Boleh Saja, Asal Ada Perlunya

Jakarta tetaplah Jakarta. Masih tetap ramai, meskipun pandemi belum usai. 

Contohnya di sana, dekat halte Dukuh Atas. Saya masih bisa melihat aktivitas yang pernah saya temui sekitar 5 bulan yang lalu, persis terakhir ke tempat ini sebelum pandemi. Masih ada anak muda yang bermain skateboard di trotoar. Sedikit mengobati kerinduan saya akan kehidupan malam di Jakarta. 

Yap, begitulah batin saya ketika akhir-akhir ini memutuskan untuk keluar rumah. Pada masa PSBB Transisi, saya sudah mulai lebih sering untuk keluar rumah. Seringnya, sih, ke kampus untuk melakukan hal-hal tertentu yang nggak bisa dilakukan dari rumah. Bukan sekadar cuma pengin keluar rumah aja, ya. Semuanya pun saya lakukan semaksimal mungkin mengikuti arahan pemerintah: pakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun. 

Hal demikian saya lihat juga ketika di bus Transjakarta. Saya berharap, setiap orang di seluruh tempat bisa menerapkan hal yang sama. Melihat fenomena saat ini, ketika masyarakat mulai beralih menerapkan suatu kebiasaan baru. Yap, seperti yang diharapkan, yaitu normal baru. Semua orang jadi ingin segera keluar rumah.

Sudah seharusnya begitu memang. Tetap waspada saat keluar rumah. Apalagi ketika saya tahu angka positif covid-19 di Jakarta masih sering di angka 100 per harinya. Ini jadi indikasi kita harus tetap memperhatikan kondisi berikut.

Walaupun tempat tinggal saya, Kalideres, disebut-sebut menjadi daerah dengan zona hijau, saya tetap nggak ingin selalu keluar rumah. Rasa waspada itu masih ada.

Jujur, saya senang membaca berita tersebut. Pasalnya, Kalideres sempat menjadi daerah yang cukup tinggi angka positif covid-19 di Jakarta. Saya sedikit lega mendengar Kalideres mulai berkurang angka bahayanya. Namun, tetaplah waspada adalah kuncinya.

Melihat bagaimana Kalideres bisa penuh kemajuan, tentunya ini semua adalah kerja keras kita semua. Dokter, aparat keamanan, dan seluruh elemen masyarakat. Selanjutnya tinggal bagaimana pengawalan dan pelaksanaan kebijakan ini berlangsung. 

Terutama dokter yang bekerja, saya mengapresiasi betul bagaimana kinerjanya sejak awal merebaknya kasus penularan covid-19. Beberapa kali fakta di lapangan malah membuat kenaikan angka penularan, dokter tetap berjuang sepenuh hati untuk tetap melawan corona. 

Selain itu, peran rumah sakit cukup luar biasa dalam penanganan kasus positif. Kabar gembira itu ditambah lagi dengan hadirnya layanan covid test Jakarta. Suatu layanan yang dihadirkan oleh Halodoc untuk menekan laju peningkatan kasus covid-19.

Sumber: Halodoc

Namanya, Rapid Test Drive Thru. Layanan ini memungkinkan kita untuk janjian dahulu sebelum rapid test. Setelah disepakati waktu dan tempat untuk covid test—Rapid Test atau PCR, tinggal tunggu berangkat tes ke lokasi terdekat.



Layanan drive thru ini memudahkan kita untuk tetap di rumah sebelum tes. Selain pemesanan covid test, kita bisa membeli obat dan vitamin sesuai dengan apa yang kita keluhkan. Tinggal pesan dari aplikasi Halodoc atau browser, semua bisa diantar ke rumah. Di Halodoc pengguna juga bisa bertanya langsung ke dokter melalui fitur chat. Tambahan, di Halodoc kita bisa membaca artikel kesehatan, khususnya pencegahan corona.

Balik lagi seperti yang saya sampaikan di awal, keluar rumah hanya ketika ada kepentingan saja. Tetap bisa produktif walaupun hanya di rumah saja. Semua bisa dilakukan dengan cepat dan aman. Oh iya, Halodoc juga bekerja sama dengan rumah sakit yang menyediakan layanan rapid test di Jabodetabek. Dapat dipastikan mudah mengaksesnya bagi kamu yang tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya.

Tetap di rumah saja. Mengubah sedikit lirik lagu “Bergadang”, keluar rumah boleh saja, kalau ada perlunya. Kalau keperluannya nggak penting-penting banget dan mendesak, coba dipertimbangkan deh. Tetap waspada, sobat.

Comments

  1. Oh, daerah lu zona hijau ya? Kalau yang dekat Cengkareng baru tuh termasuk rawan? Gue sendiri kurang tahu daerah Palmerah masuk ke zona apa. Soalnya mulai mengurangi baca berita tentang pandemi biar enggak mudah cemas.

    Kalau enggak penting-penting amat emang malas keluar. Syukurnya sejak lama udah terbiasa betah di rumah. Minusnya palingan jadi susah olahraga (khususnya joging) lagi ke GBK atau lapangan dekat Slipi. Di rumah cuma bisa senam lantai atau yoga. Haha.

    Sehat-sehat terus, Rob.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kurang tau kalau deket Cengkareng, bang..

      Mantap lah bang. Masih tetap bisa olahraga huehehe. Aamiin, sehat-sehat juga Bang Yoga

      Delete
  2. Dengan adanya penerapan protokol baru, saya pikir sebelum adanya statement akan dilakukannya new normal, secara tidak langsung kita sudah menyepakati hal itu: pake masker keluar rumah, cuci tangan pada tempat-tempat tertentu, mengecek suhu badan, jarak yang ditentukan. Kita sudah melakukan new normal sebelum ada anjuran itu.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah daerahnya udah masuk zona hijau y mas, bisa keluar rumah dengan lebih tenang. Semoga daerah-daerah lainnya juga segera menyusul. Amin....
    Saya sendiri kalau membayangkan tinggal di kota kayaknya bakal was-was terus. Ini aja di desa masih nggak berani pergi jauh-jauh....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum tenang sepenuhnya mbak, hehe. Aamiin, semoga segera membaik kondisinya..

      Delete
  4. Gara-gara new normal, hari-hari seperti hari weekend. Ramai dimana-mana. Tempat hiburan yang beberapa sudah buka selalu penuh, apalagi mall. Kita semakin melupakan Covid, padahal wabahnya semakin membabi buta. Pasien yang terinfeksi positif virus semakin merambah. Korban jiwa juga entah kabarnya bagaimana. Tetap hati-hati! Jaga kesehatan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, makin ngeri sekarang mbak.. Orang jadi nyepelein..

      Delete
  5. Sedih sih melihat new normal yang makin memperluas penyebaran, btw asyik juga ya rapid test pakai halodoc, kalau saya sering akses halodoc buat baca artikel atau chat ama dokternya :D

    ReplyDelete
  6. Yup betul. Asal ada perlunya dan selalu jaga jarak dengan tetap menggunakan masker.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...