Skip to main content

Model-model Pengembangan Pembelajaran

Model ASSURE

Model ASSURE difokuskan pada perencanaan pembelajaran di dalam kelas secara aktual. Langkah-langkah dalam model ASSURE:

  1. Melakukan analisis karakteristik siswa (analyze learner characteristics)
  2. Menetapkan tujuan pembelajaran (state objectives)
  3. Memilih media, metode pembelajaran, dan bahan ajar (select, modify, or design materials)
  4. Memanfaatkan bahan ajar (utilize materials)
  5. Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran (require learner response)
  6. Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran (evaluation)

Kelebihan dari model ASSURE adalah dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar, komponen pembelajaran lengkap, dan peserta didik dilibatkan dalam persiapan. 


Model ADDIE

ADDIE merupakan model pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan sederhana. Tahapan dari model ADDIE ada lima tahap, yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Implementasi dari model ini dilakukan secara sistematik dan sistemik. Kekurangan dari model ini ada pada tahap analisis yang akan memengaruhi lamanya proses menganalasis siswa sebelum masuk tahap pembelajaran.


Model Kemp, Morrison dan Ross

Model Kemp, Morrison, dan Ross fokus pada pengembangan kurikulum dengan berfokus pada perspektif siswa dibanding pada sisi materi. Model Kemp, Morrison, dan Ross memiliki tiga elemen dilihat dari sisi pandang pembelajar, sisi pandang umum dalam hal pengembangan, dan desain pembelajaran yang dipresentasikan. Komponen yang harus diperhatikan dalam model ini adalah: 

  1. Identifikasi masalah dan tujuan pembelajaran untuk mendesain program pembelajaran
  2. Menentukan karakteristik peserta didik
  3. Identifikasi materi pembelajaran
  4. Tentukan tujuan pembelajaran
  5. Kesesuaian materi
  6. Mendesain strategi
  7. Perencanaan metode penyampaian
  8. Mengembangkan insrtumen evaluasi
  9. Memilih sumber dalam menunjang aktivitas pembelajaran

Model Dick and Carrey

Model Dick dan Carey adalah pengembangan model berbasis sistem. Model ini menjelaskan detail proses pengembangan yang dapat diterapkan pada konteks area lebih luas. Langkah-langkah dalam mengembangkan model ini mendesain. Salah satu kelebihan dari model ini adalah memiliki komponen yang relatif banyak, tetapi di satu sisi kekurangan dari model ini adalah terlalu rumit, sehingga sulit diaksanakan peserta didik.


Model Borg and Gall

Model Borg and Gall memuatu panduan agar produk yang dirancang memiliki kelayakan. Model Borg and Gall ini terdiri dari sepuluh langkah pelaksanaan, di antaranya: (1) penelitian dan pengumpulan data (research and information colleting), (2) perencanaan (planning), (3) pengembangan draft produk (develop preliminary form of product), (4) uji coba lapangan (preliminary field testing), (5) penyempurnaan produk awal (main product revision), (6) uji coba lapangan (main field testing), (7) menyempurnakan produk hasil uji lapangan (operational product revision), (8) uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), (9) penyempurnaan produk akhir (final product revision), dan (10) diseminasi dan implementasi (disemination and implementation).


Model Hanafin dan Peck

Model ini bertujuan pada produk. Model Hannafin dan Peck terdiri dari tiga fase, yaitu analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi. Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi pada produk. Model Hanafin dan Peck menekankan proses penilaian dan pengulangan harus melibatkan proses pengujian dan penilaian media pembelajaran pada ketiga fase tersebut secara berkesinambungan. Terdapat dua jenis penilaian, yaitu penilaian sumatif dan penilaian formatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan, sedangkan penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan dalam proses pengembangan media.


Sumber:
  • https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/59363/mod_resource/content/2/Model-%20model%20pengembangan%20ok.pdf
  • http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1697/4/4.BAB%20III.pdf

Comments

  1. Halo Rob, lama nggak main kesini... sekarang jadi fokus ngomongin di pembelajaran yaa ...
    Mantaaap ~~

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...