Skip to main content

Maret 2025: Penantian Panjang dan Nikmat Ramadhan

Bulan Maret ini banyak banget hal yang mau ditulis. Ditambah sedang dalam bulan Ramadhan, nggak mungkin kekurangan cerita dari perjalanan ibadah di bulan suci ini. 

Saat post ini ditulis, saya sedang berada di kampung. Ngetik di laptop, sambil mendengar suara alam, dan ditemani teh kemanisan yang mulai dingin. Rasanya bawa laptop ke kampung jadi keputusan yang tepat untuk tetap jaga ritme aktivitas. Ditambah lagi masih cukup luang waktu di kampung.

Penantian Panjang

Sejak mulai rutin merekap aktivitas bulanan di blog, saya sering menyebut tentang publikasi artikel. Akhirnya, setelah penantian tersebut, artikel saya terpublikasi. Silakan bagi yang berminat membaca

Analysis of Students Scientific Literacy in Integrated Acid-Base Learning Socioscientific Issues

Kalau ditanya bagaimana perasaannya, yang pasti senang banget! Karena ini akan membuka peluang untuk publikasi artikel-artikel berikutnya. Semoga rasa semangat itu terus hadir. Dan yang paling penting, tulisan saya bisa membawa manfaat bagi orang lain.

Jangan Sekadar "Isi Bensin" dan "Ganti Oli"

Pelajaran pertama yang saya dapat di bulan ini adalah pentingnya belajar seluk-beluk motor. Bukan sekadar isi bensin dan ganti oli aja. Meningkat lagi levelnya: nyuci motor. Pokoknya, jangan sekadar mau pakenya aja

Kejadiannya di awal bulan Maret. Ketika itu motor saya nggak bisa di-starter, tapi masih bisa pakai kick starter. Dengan keberanian maksimal dan pengetahuan yang minimal, pergilah saya ke bengkel dekat rumah, yang katanya tempat langganan bapak. Lokasinya di sebelah apotek. Berdasarkan servis yang dilakukan, motor saya perlu diganti akinya

Malamnya, saya cerita ke bapak, hari ini baru saja bawa motor ke bengkel. Raut wajahnya meragukan. "Bukan yang itu. Harusnya yang di depan apotek," ujarnya. 

Benar, sih. Pantas tadi bengkel depan lebih ramai.

Dua hari kemudian, saya pergi menuju Rawamangun sepulang dari sekolah. Baru sampai lampu merah Pasar Baru, motor saya mendadak berhenti. Starter tangan maupun kaki nggak bisa. "Aduh, sudah hijau!" saya panik. Terpaksa dorong beberapa meter. Sambil dibantu seorang, di-setut-lah motor saya ke bengkel terdekat. 

Setelah dicek lagi, kata montir, motor saya harus ganti akinya. "Loh, perasaan baru dua hari lalu ganti," batin saya. Karena kepepet, terpaksa saya turuti apa kata montir. 

"Sekalian ganti oli nggak, bang?" tanya montir.

Tanpa pikir panjang saya jawab. "Boleh deh." Lebih tepatnya, nggak sempat kepikiran.

Beberapa jam kemudian, saya melamun, "Kok habis banyak ya hari ini?"

Waktu-waktu berkendara berikutnya perjalanan terasa nikmat kembali. Dua hari berikutnya, saya hendak pergi lagi, tapi motor kali ini benar-benar nggak bisa nyala. Alamak, apa lagi ini, gusar saya. Dibawa lagi ke bengkel terdekat, akhirnya diketahui bahwa aki motornya harus diganti. Lagi. Ada apa  dengan per-aki-aki-an ini?

Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah motor saya nggak ada opsi off di saklar lampu depan, sehingga aki akan bekerja lebih keras dan nggak kuat. Gitu sih kurang lebih, lupa saya. Total dalam sepekan tiga kali ganti aki. Ambyar dah. Anggap aja kuliah singkat tentang per-aki-aki-an. Tapi kenapa harus semahal ini? 

Belajar apa intinya? Belajar ikhlas.

Tes Masuk S2

Satu bagian yang membuat deg-degan di bulan ini adalah tes masuk S2. Dengan segala minimnya persiapan, saya sudah pada sampai tahap, “Yaudah deh, kemungkinan nggak banyak ini. Coba di gelombang berikutnya.” Nggak cukup persiapan yang dijalani sejauh ini, sekalipun lewat belajar UTBK bareng anak-anak di sekolah yang soalnya kurang lebih mirip jenis soal TPA. Januari sampai Maret, untuk waktu persiapan tes S2, kenapa terasa singkat sekali.

Hari ujian tiba. Saya datang di saat hampir semua kursi terisi penuh peserta ujian, tapi tidak sampai dikatakan terlambat. Orang-orang kuat banget niat dan usahanya, batin saya. Saya tahu, saat ini yang harus saya lawan adalah gemuruh dalam hati saya. Kalau mau bandingkan dengan yang lain, jelas kalah ini sih. 

Singkat cerita, ujian selesai, rasanya hampir putus asa. Banyak soal nggak terisi, salah jawab, manajemen waktu yang nggak bagus, itu semua saya rekam dalam otak. Jangan diulangi lagi nanti pas tes gelombang 2. Pokoknya jangan! Pupus sudah lolos.

Selesai ujian, saya mempersiapkan diri untuk masuk sesi wawancara siang hari. Saya pergi ke kediaman teman di sekitar kampus. Ujian tadi sudah saya lupakan, saya harus fokus di wawancara. Tapi, seberapa pengaruh sih? Emang akan tetap lolos sekalipun wawancaranya bagus? Duh, udah deh, persiapan dulu buat nanti. Gelisah di pikiran saya. 

Akhirnya saya memilih untuk .... tidur. Udah paling bener deh, nunggu sholat dzuhur kan. Setelah itu, tilawah dulu buat menenangkan diri.

Sesi wawancara selesai. Lebih singkat daripada yang saya duga.

Selengkapnya kapan-kapan dibuat dalam satu post khusus.

Pengumuman 5 hari kemudian. Alhamdulillah saya lolos. 


Kesan Ramadhan 1446 H
Ramadhan selalu memberikan pelajaran bagi mereka yang mau membenahi dirinya. Saya, dengan segala kekurangan, mencoba memetik kebaikan walaupun sedikit yang didapat di bulan Ramadhan. Terasa sekali nikmatnya berdoa; mencukupkan diri untuk minta kepada Allah saja, cerita dan curhat sama Allah, memanfaatkan waktu mustajab untuk beberapa menit mensyukuri nikmat yang ada, semata-mata agar tidak pernah putus rasa syukur ini. 

Sebagaimana nasihat yang pernah saya dapat, rasa syukur ini harus terkonversi menjadi amal shalih. Maka langkah berikutnya adalah bentuk amal shalih apa yang akan saya berikan bagi orang lain. Raga yang sehat (buktinya kalau naik tangga, saya suka longkap satu anak tangga), kesempatan yang terbuka, dan kemudahan-kemudahan lain harusnya cukup menjadi alasan untuk selalu bersemangat mengerjakan amal shalih. 

---
Lusa masuk Hari Raya Idul Fitri. Semoga amal ibadah kita diterima Allah swt., Allah ampuni dosa-dosa kita, dan Allah berikan kita keistiqomahan dalam mempertahankan keimanan. Sehingga  kita menajdi orang-orang yang bertaqwa. 
Sekaligus, Allah mampukan kita untuk bergerak lebih untuk menolong sesama. Ngeri banget saban hari bacain berita di medsos. Berdoa juga untuk saudara kita yang ada di Palestina sana.

Comments

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...