Skip to main content

Kebersamaan dalam Perjalanan

Pernah melihat sekumpulan anak-anak menumpang mobil bak terbuka? Biasanya seumuran anak sekolah. Di Jakarta hal ini dikenal dengan berani mati (BM). Di lain kalangan, istilah BM malah diartikan dengan “keinginan kuat akan suatu hal”. Jadi, kalau dua kalangan itu bergabung dan mengatakan “BM BM”, mungkin artinya: pengin cepet-cepet mati.

Nggak gitu deh kayaknya.

Saya cuma pengin bahas BM yang pertama. BM pada zaman itu dianggap sebagai lambang lelaki sejati. Tentu di kalangan anak SMP saat itu dianggap keren dan macho. Bayangkan, sekumpulan anak muda beramai-ramai di pinggir jalanan, nunjuk-nunjukin kayu atau besi dari pinggir jalan, menyetop mobil yang melintas, lalu secara kompak naik ke atasnya. Prinsip kerja samanya kental, solid, dan berani.

Pemandangan seperti itu hampir setiap hari saya lihat setiap pulang sekolah. Tentunya bukan sebagai pelaku, tetapi sebagai pengamat. Mengamati mereka sambil bersepeda dan nyanyi lagu-lagu JKT48, terutama “Aitakatta”. Kenapa lagu yang itu? Karena ada “ku kayuh sepeda” di dalam liriknya. Entahlah.

Saya kepo dengan mereka. Bagaimana caranya mereka bisa semudah itu buat bisa nyetopin mobil-mobil? Saya pernah dapat jawaban dari seorang teman, “Kan rame-rame.” Ya, benar sih. Namun, tetap mengerikan bila mobil itu malah melaju kencang dan nabrak mereka semua.
Saya juga pernah tanya, “Biasanya kalau BM gitu ke mana aja?”
Pada satu kesempatan, saya mendapat jawaban, “Bebas. Terserah sopirnya mau bawa ke mana.” Ngeri juga, kata saya. Kalau mobilnya benar-benar sampai ke pabrik entah berantah, apa mereka bisa balik lagi? Gimana kalau mereka malah diculik, terus jadi pekerja di situ?
Perjalanan BM-an seperti ini adalah perjalanan yang nggak menentu tujuannya. Bisa jadi kita diturunkan di tempat yang nggak pernah kita tahu sebelumnya. Kalau lagi beruntung, kata teman saya, bisa nyampe deket rumah langsung turun sepulang sekolah. Keuntungannya adalah gratis. Kerugiannya lebih banyak.

Andai saya boleh ambil pesan positif dari fenomena tersebut, saya katakan kalau kebersamaan akan selalu menyenangkan. Kalau mereka saat itu nggak punya tujuan jelas, sekarang, saya—yang kian dewasa—bisa mengevaluasi agar setiap kebersamaan yang saya jalin di perjalanan ini membuahkan tujuan yang jelas. Tujuan yang sudah Allah janjikan, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S Ali ’Imran: 103)

Kebersamaan itu juga lebih menyenangkan. Dibanding saya yang asyik dengan sepedaan sendiri sambil nyanyi. Menurut saya lebih seru rame-rame di pinggir jalan panas-panasan seperti mereka. Hanya saja, saya nggak bilang nodongin benda tumpul itu hal yang baik.
Saya pernah dengar sebuah nasihat, “Jika kau ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Namun, bila kau ingin berjalan lebih lama, berjalanlah bersama.”

Oke. Inilah waktunya.

Comments

  1. Suatu sore ibu saya bercerita ketika SMA, kalau sekolahnya membosankan dia dan beberapa temannya kabur melompati pagar kemudian menyetop mobil bak terbuka yang menuju ke arah Surabaya (tanpa bayar tentu).

    Sampai di Surabaya, pulang lagi ke Sidoarjo naik angkot (tentu saja bayar).

    Tapi karena mereka perempuan, jadi tidak 'ugal-ugal'an'.

    Saat itu mungkin bisa dibilang kenakalan. Tapi untuk saat ini, buat saya pengalaman bersama teman-temannya itu seru sekali. Intinya, pintar-pintarlah dalam berteman.

    ReplyDelete
  2. gokil uy

    gue malah baru tau ada selai bm yang artinya banyak mau, ada bm yang artinya berani mati. singkatan ini udah dari ya? gue norak banget berarti uy

    gue setuju, mungkin dulu ketika masih smp ataupun sma, rasa kebersamaan itu lebih indah dari apapun, bertambahnya usia, jadi harus bisa melihat lebih jauh lagi. apakah dari kebersamaan itu ada hal baik yang bisa diambil atau enggak, atau hanya cuma buang-buang waktu dan uang saja?
    untuk sekarang gue sedang berproses untuk memperbaiki diri dulu, mungkin pendapat gue ini salah, tapi yaah... kalo gue belom bisa mencapai level yang lebih baik, ketika bersama-sama orang yang berada di level atas diri gue, kesannya malah jadi menyusahkan saja.

    ngerti maksud gue kan, rob?
    semoga mengerti ya.
    hahahahah

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...