Skip to main content

Sinetron Indonesia



Sinetron, siapa sih yg gak tau jenis acara ini. Macem2 sinetron ada di Indonesia. Ada yg gak nyambung sampe gak laku karena jalan ceritanya yg udah ketebak.
Karena sinetron itu sering banget ditonton masyarakat,  sinetron itu harusnya punya manfaat lebih selain menghibur penontonnya. Realitanya, banyak sinetron yg cuma menghibur, malah ada sinetron ga menghibur dan tayang cuma puluhan episode.  Setelah gw telisik di tv (tv gw sendiri tentunya, bukan tv poskamling), sinetron sekarang lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Dan juga tidak sesuai dengan kehidupan nyata.

Ambil contoh, sinetron ‘Ganteng Ganteng Seringkalah’. Ini sinetron menurut (temen-temen) gw, sinetron yg kurang bagus, terutama buat anak-anak. Masalahnya, di lingkungan rumah gw itu, bocah-bocah lebih mentingin nonton itu daripada ngaji.  Astaghfirullah. tontonan yg baik adalah tontonan yg bisa bermanfaat bagi penontonnya. Nah itu apa manfaatnya?. Kalo misalnya ada adegan nyedot2 darah gitu trus ditiru bocah-bocah gimana?. Jadinya Suarez jilid 4. Toh di kehidupan nyata gak ada tuh orang yg nyedot2 darah gitu, kayak jenglot featuring nyamuk DBD.
Sinetron Indonesia juga kadang gak tepat sasaran sama judulnya. Contohnya ‘Mak Ijah udah ke Mekkah’. Dari judulnya kita tau pasti pemeran utamanya adalah Mak Ijah dan pasti pemeran utama adalah yg jadi ikon di sebuah sinetron/film, tapi kenapa orang lebih kenal Bang Ocit daripada Mak Ijah
Tapi gw salut sama sinetron ‘Tukang cukur naik taksi’. Ya, lu tau kan sinetron yg gw maksud. Kenapa gw salut sama ni sinetron, karena ceritanya ga tamat2. Mungkin sinetron in tamat kalo anak buahnya ‘tukang cukur’ punya cabang lagi, dan cabangnya itu punya anak buah dan dia buka usaha sendiri. Saluto!. Gw sering nonton sinetron ini kok. Menurut gw lebih bagus daripada contoh pertama yg gw kasih tadi.
Adegan di sinetron juga sering yg di ulang di sinetron lainnya. Contoh klasik, kalo kecelakaan pasti keluarga terdekat bakal mecahin piring atau gelas. Realitanya, ga ada kejadian yg  kayak gitu sama persis. Kalo ada bocah yg liat itu adegan dan bakal diterapin di kehidupannya gimana? Pasti gak enak jadinya. Misalkan, ada bocah yg jatoh dari sepeda, terus dia bakal ngarep mamanya barusan jatohin piring gitu. Yg gak enak kalo anaknya tukang rongsok. Bakal rugi terus bokapnya. Tiap ada orang mau nukerin piring, terus anaknya jatoh dari sepeda, otomatis piringnya banyak yg pecah. Kan kasian
 
Ini post paling ga penting




Comments

  1. hahaa, lucu parahh :D
    Bapak tukang rongsok bangkrut kalo si anak jatuh mulu dri sepeda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih ya mau baca post ini. Ini lumayan usang lho :D

      Delete
  2. hahaa, gue abis obrak-abrik blog lo nih,
    nemuin yang usang, tapi beneran lucu loh =D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih, ya. Diem-diem jadi stalker ya hahaha :D

      Delete
  3. Haha, iya..
    diem-diem aja yaa. Jangan bilang siapa-siapa

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...