Skip to main content

Orang yang tidak dianggap

Ini semua tentang ke-sakit-hati-an gua dalam menjalani hidup. Sakit yang paling sakit.
Gimana ga sakit, kalo tiap ngomong jarang di tanggepin. Boro-boro nanggepin, dengerin juga ga pernah. Ya, itu sih cuma buat beberapa orang aja. Tapi beberapa orangnya ini banget banget jumlahnya. Lagi alesannya apa sih gua jarang di tanggepin, apa karena gua jelek? Terus kalian semua jijik gitu ngomong sama gua? Kalo masalah jelek gua juga nyadar kok. Emang ciptaan Tuhan ga ada yang sempurna. Tapi, setidaknya gua ini ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan bentuk yang sempurna. Kalian anggap gua ini apa? Hewan?. Enggak men, gua ga se-hina itu. Gua bukan orang gila, bukan jua PeeSKa. Gua cuma orang biasa. Gua juga pengen ngobrol-ngobrol bareng kalian.

Atau karena suara gua yang kurang terdengar? Bisa jadi iya. Mungkin juga gua yang ga asik? Mungkin juga. Sakit jadi orang yang ga dianggap di pergaulan.
Sampai kapan gua ga dianggap terus. Kalo gitu mending gua kembali ke karakter gua saat SD, pendiam. Daripada sering ngomong tapi jarang di gubris, lebih baik diam biar ga sakit hati


“Orang yang tidak dianggap itu seperti kita sedang pidato, tapi semua audience pakai headset”


Bener-bener sakit kan. Seolah-olah gua kayak angin kentut, di biarin begitu aja. Lebih sakit lagi, saat orang yang udah kita tolong tapi dia malah ga ada semacam . Saat dia butuh bantuan, dia minta tolong ke kita. Saat kita kesusahan dan butuh bantuan dia, dia malah ga respon kita. Begitu yang namanya temen?
Ke-tidak-dianggapan gua juga dulu terjadi di SMP (gapapa lah nyeritain aib sendiri). 

Yang paling sakit adalah saat gua kelas 9. Itu yang namanya wali kelas, ga kenal gua sepanjang tahun!!! Itu emang sakit banget. Gimana ga sakit coba, gua yang notabene jadi “anak rajin” (bukan sombong bukan takabur emang bener begini ceritanya), malah ga dikenal. Padahal, di kelas 7 itu guru udah sempet kenal gua sehari. Iya cuma sehari. Selebihnya dia kenal gua dari absen siswa. Sedikit terbalik emang sistemnya. Orang yang bego, suka nyeletuk, cengengesan, sering berak dicelana lebih cepat dikenal ketimbang orang yang alim, tenang, pendiem, pinter. Begitu juga yang dialami temen sekelas gua di SMP, @Fahrul_. Bahkan, dia lebih parah lagi. Dikenal cowok yang paling rajin dikelas, tapi wali kelas juga ga cepet ngenalin.
 
Pengurus OSIS di SMP juga begitu. Yang dianggap famous, baru bisa jadi pengurus OSIS. Beda banget sama di SMA, dimana orang yang bener berkompeten barulah dia yang layak. Emang aneh sistem dari orang yang dikenal itu.

Sekali lagi gua tegaskan, orang yang ga dianggap itu menyakitkan!

Comments

  1. Sabar bro :)
    gue juga pernah kok ngerasain yg kayak gitu,

    ReplyDelete
  2. iya, tapi kita gak boleh pesimis juga dong :)

    ReplyDelete
  3. Terhura gua rob bacanya. Gak didenger emang sakit. Sakiiittt banget. Tapi untung aja gua orangnya gituh(?) Maksudnya gimana yah, suka nimbrung kalo temen lagi pada cerita dan mengabaikan gua :v Bodo amat deh dibilang sok asik juga. Toh mereka kan temen gua. Jadi ya bodo amat. Oh iya gua lebih suka sama orang yang suka nimbrung. Kenapa? Jadi lebih cepet aja buat akrabnya. Suka nimbrung itu kegiatan yang gak bisa diprediksikan hasilnya. Udah berbagai respon yang gua dapet dari orang orang yang jadi korban kegiatan permanen gua-kalo lagi gak unmood-. Ada yang ngerespon lebih heboh atau lebih asik, ada juga yang ngerespon dengan tatapan 'apaan si lo!' Yaaa dengan kaya gitu gua bisa nilai orang itu kaya gimana, easy going kah atau lo lo gue gue. Sekian dan terima uang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dah, dah, nih gua kasih duit *kasih dollar Taiwan*

      Delete
  4. Dulu juga SMA, walaupun ikut eskul juga sama main kotak2an, tetep ga dianggep padahal rapat dateng terus, ga pernah keluar dari organisasi,konsisten, maaf bukannya mau ngungkit, tapi orang yang pncitraan lebih dikenal dan disegani, akan tetapi mereka ikut eskul cuma buat panjat sosial, yaa paling cuma beberapa bulan doang di eskul, sisanya tchuss... Maaf cuma bisa ngeluarin dari batin dan tulisan semata, karena saya introvert :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...