Skip to main content

Hari Guru Nasional ke-69

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku 
Sebagai prasasti terima kasihku 
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan 
Engkau patriot pahlawan bangsa 
Tanpa tanda jasa
Tepat hari ini adalah hari guru nasional ke-69. Tepuk tangan untuk seluruh guru Indonesia *tepuktangan*. Spesial hari ini, ada upacara yang semua petugas upacaranya adalah guru. Wow!. Dan spesial hari ini, TIDAK ADA KEGIATAN BELAJAR. wohoooo ini kejadian langka, vroh! Lebih spesial lagi, jam pulang lebih cepat. Gak biasanya pulang jam 11 pagi. Hal ini terjadi terakhir kali saat UTS kemarin dan kelas 9 waktu Ujian Nasional.

Kegiatan yang paling gua suka dalam memperingati  Hari Guru Nasional tadi adalah saat gua keluar sekolah lewat pintu belakang, menunggu angkot datang dan berhasil pulang. Yeah!. Karena gua ga ngerti mau ngapain lagi di sekolah. Di sekolah yang ada cuma lomba guru-guru, sedangkan gua lebih milih ke masjid. Bukan, bukan maksud mau pamer kalo gua ini anak sholeh, tapi gua di masjid cuma tiduran layaknya musafir yang kelelahan hihihihi.

Tapi yang ngeselin saat gua pulang adalah ketika gua nunggu angokot dengan sabar dan sekalinya ada, si supir ga terima penumpang, soalnya ga terima jurusan ke arah rumah gua.
Lama nunggu angkot, akhirnya terlihat juga sebuah angkot mendarat dalam jarak pandang 5 meter, saat angkot itu udah depan gua, tiba-tiba ada seorang bapak dengan mengendarai motor nanya gini: "Dek, tau RS. Cengkareng?." Karena udah buru-buru pengen naik angkot, yaudah gua tinggal sambil berucap "saya kurang tau pak." Si bapak dengan muka iba mencegah gua dengan suara lembut "Tidakkk, jangan pergiiii, naak". *mulai ngaco*. Adegan terakhir dianggap spam. Oke

***
Melihat kembali ke masa lalu. Guru pertama dan terbaik adalah IBU. Yeah, mama adalah guru pertama untuk gua. Dia yang ngajarin banyak hal dasar. Lu gak bakal bisa ke sekolah kalo lu belum bisa jalan, betul? Nah, mama/ibu lah yang berjasa pertama kali ngajarin kita buat jalan. Manfaatkan kaki itu untuk ke tempat yang bermanfaat, bukan tempat yang maksiat, biar pahala dari ibu kita terus mengalir. Amin.
Kemudian saat gua masuk sekolah TK, akhirnya gua bertemu seorang guru. Masih ingat benar namanya. Namanya seperti seorang penyanyi dangdut senior yang dijuluki Ratu Dangdut. Ya, benar, Elvy Sukaesih namanya. Beliau dikenal sebagai guru killer di TK gua saat itu. Gila, guru TK aja killer, model belajarnya gimana? Mungkin banyak pr sampe muridnya ngerjain hingga larut malam. Atau, memaksa murid untuk langsung bisa membaca. Membaca huruf Ukraina. Tapi bener menurut gua kalo Bu Elvy guru killer. Soalnya sering banget ngasih tugas hapalan Surat pendek. Tapi, ada sisi positifnya. Jadi gua bisa hafal lebih banyak surat pendek (tapi sekarang cenderung berkurang).

Masuk ke Sekolah Dasar, gua banyak bertemu guru. Seneng pastinya. Di kelas 1, guru gua saat itu adalah Bu Sumarni K. (kenapa ada "K"-nya? Tunggu di paragraf berikutnya.) Wah, ini guru yang cukup baik. Gua ga inget apa-apa dari kelas 1, yang jelas saat iu gua pernah bermasalah saat ulangan harian mata pelajaran PLKJ (Pendidikan Lingkungan Kesenian Jakarta). Gua lupa saat itu gua bermasalah dimana, tapi yang paling berkesan dari Bu Sumarni ini adalah dengan memberi julukan Cabe Rawit untuk gua, karena gua orangnya pendiem, diem-diem pedes. Apa hubungannya? Untung beliau tidak memberikan julukan Anak TK. Diem-diem kecepirit. Dan untungnya lagi, bukan memberi julukan Cabe-cabean.
Masa-masa kelas 1, masa-masa polosnya. Kadang gua kesel sama temen-temen gua. Yang lain piket dipiketin, gua piket sendiri. Yang lain pulang ditungguin, gua nungguin mama gua jemput. Bikin ngiri aja.

Kelas 2 dan 3. gua bertemu dengan Bu Sumarni S. (Nah inilah alasannya tadi gua sebutin diatas). Ada dua Sumarni di SD gua, yang satu ngajar kelas 1 dan yang satu lagi kelas 3. Tapi gua udah diajar 2 tahun sama beliau. Beliau baik banget sama gua.

Kelas 4 ini dibilang adalah masanya turun prestasi gua dibanding kelas 1 sampai 3. Di kelas 1 sampai 3, gua gak melepas peringkat 3 teratas. Di kelas 4 peringkat gua turun sampai di peringkat 4 dan 8. Di kelas ini gua bertemu Bu Mutmainah. Beliau ini kreatif. Media pembelajarannya variatif. Pernah saat pelajaran Matematika tentang pecahan, beliau menggunakan apel sebagai media pembelajaran dan memberi petanyaan kepada siswa. Hadiah dari jawaban yang benar adalah sepotong apel.

Kelas 5 ini nyebelin gurunya. Bu Reni namanya. Aduh, mending ga usah diceritain deh. Bikin dosa

Kelas 6, kelas yang akan menghadapi Ujian Nasional. Beruntung gua di kelas 6 ini tidak bertemu dengan Bu Reni, karena kabarnya Pak Rujito (nama guru gua saat kelas 6), akan pindah ke sekolah lain. Untungnya, kabar itu tidak terjadi. Selamat.
Beliau adalah guru yang paling kocak sekaligus pemberi semangat. Paling the best dah pokoknya. Akhirnya dengan jasa beliau, gua bisa masuk SMP negeri. Alhamdulillah.

Try Out kedua

Terima kasihku ku ucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti

Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku

Kan ku ingat selalu nasihat guruku
Terima kasihku guruku

SELAMAT HARI GURU
JASA KALIAN SELALU KAMI KENANG
TETAPLAH MENJADI PELITA UNTUK ANAK BANGSA



Comments

  1. Selamat Hari Guru :D

    -www.fkrimaulana.blogspot.com-

    ReplyDelete
  2. Setujuuuuu, guru pertama adalah Ibu, Mama, Ummi, bunda, yang melahirkan kita.
    Selamat bersenang-senang dengan guru :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maka dari itu, jangan durhaka sama ibu, mama, ummi, bunda

      Delete
  3. Selamat Hari Guru, semoga perjuangan para guru kita tidak sia-sia

    ReplyDelete
  4. Selamat hari guruuu ^_^ Telat parah :v
    Jadi kangen Bu Andang Bu Devi Pak Barja Pak Aris (ini bukan pak aris di smp) dan guru guru smp kelas 9 :'(

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...