Skip to main content

Memulai Lagi?

Gue kira, gue akan benar-benar berhenti menulis.

Kenyataannya, meski nggak pernah menambahkan entri baru di blog ini, gue nggak pernah terlepas dari kegiatan menulis. Baik menulis hal ringan, misalnya nulis status dan nulis pesan, maupun hal yang perlu 'mikir', misalnya nulis laporan. Ternyata manusia memang nggak akan pernah berhenti menulis. Tinggal memilih di media mana dia akan menampilkan tulisannya. Kemudian membiasakan diri sehingga menulis bukan lagi suatu kegiatan yang berat.

Sewaktu masa-masa kejayaan gue ngeblog (standar gue sendiri adalah ketika bisa membuat post lebih dari empat dalam waktu sebulan), gue sering menemui blog-blog dengan domain dot com (.com) yang mulai kehilangan gairahnya. "Sayang banget nih blog dot com, tapi nggak ada postnya lagi," kata gue saat itu. Sampai akhirnya, gue merasakan sendiri hal itu. Jelas rugi banget kalau uang untuk bayar domain terus keluar, tapi nggak ada tulisan baru yang keluar. Agak sedih juga mengingat bulan Desember 2017 lalu, gue baru aja memperpanjang domain blog ini. 

Bersamaan dengan itu gue malah berhenti untuk waktu yang lumayan lama dalam mengisi blog ini.
Meskipun cukup lama gue nggak nulis kembali, blog tetap membuat gue sering senyum-senyum sendiri. Dulu, di depan handphone, semuanya bisa terjadi sesederhana membaca ulang post-post terdahulu. Beberapa bulan lalu, gue ngerasain hal yang beda. Karena blog, gue bisa senyum-senyum sendiri di depan display ATM.

(Mungkin sebagian orang paham maksud paragraf di atas)

Ya, lagi-lagi bicara soal medianya.

Dorongan untuk menulis sebenarnya sering gue dapat. Bukan secara terang-terangan seperti, "Rob, nulis lagi dong!" Dorongan-dorongan itu berupa kejadian yang gue yakin, dengan menulis, bisa menjawab keresahan orang-orang. Bukan berarti ke depannya gue selalu menjawab keresahan orang lain. Bisa jadi sekadar menyampaikan keresahan diri sendiri.

Sejak Januari hingga bulan Juni 2018, ada beberapa orang yang sempat nyasar ke blog ini karena postingan tentang Politeknik AKA Bogor. Waktu itu gue cuma nulis tentang pengalaman tes di sana. Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang nyasar itu berlanjut ke DM Instagram. Mereka kebanyakan akan melanjutkan studi di sana. Kebanyakan mereka nanya pengalaman gimana rasanya tes di sana.

Pengalaman gue dengan Politeknik AKA Bogor memang cuma sampai segitu. Hal ini kadang membuat gue heran. Gue bukan kuliah di AKA Bogor aja bisa ditanya begini, gimana kalau gue sering nulis tentang kampus atau jurusan yang gue jalani sekarang? Karena jujur saja, gue ingin menjadi orang yang punya banyak informasi dan menjawab pertanyaan banyak orang.

Ya, beginilah sekarang. Lama nggak bikin tulisan santai, rasanya menulis jadi hal yang asing. Gue masih berusaha mengumpulkan puzzle-puzzle pola menulis gue yang lama hilang. Dengan tulisan ini, gue berharap pola itu kembali terbentuk, lalu kembali menulis dan menjadi blog yang produktif.

Ngomong-ngomong, blog gue akhir bulan ini, tanggal 30 Juni, memasuki usia empat tahun. Belajar nulis dari zaman SMA tahun pertama sampai sekarang udah kuliah semester dua, seneng punya tempat yang jangkauan pembacanya lebih luas daripada media sosial yang gue punya. Sekaligus dikasih banyak tanggapan oleh orang banyak.

Mungkin ke depannya gue bakal tetap nulis di sini. Seperti yang gue sebut sebelumnya, sayang banget udah bayar untuk domain, tapi nggak diisi tulisan baru. Kapan dimulainya? Entah. Sampai waktu yang tidak dapat ditentukan.

Comments

  1. Kalau ini memulai lagi karena padet tugas kuliah, ya. Waktu itu saya bikin tulisan dengan judul yang sama karena fase depresi. Intinya, sih, sama-sama kelamaan menunda menulis di blog pas nulis lagi merasa kaku. Haha.

    Terus, mendadak inget saya juga pernah dikirimin email sama orang entah siapa. Dia nanya, "Mas, gimana caranya jadi penonton bayaran? Daftarnya ke siapa?"

    Wqwq. Cuma gara-gara sempet nulis curhatan tentang itu. Ada orang nyasar~ Padahal, itu saya cuma sekali ikut karena diajak temen, sekalian penasaran sama suasananya, dan mungkin buat pengalaman (pengalaman begitu dikira bisa ditulis di CV?). Intinya, lumayan bisa jadi cerita lucu di blog bagi saya sendiri ketika membaca ulang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitu deh. Tiap mau nulis, ada aja tugas kuliah yang harus diselesaikan. Hahaha.

      Kan, kan. Nggak disangka-sangka ya. Tulisan ringan bisa jadi bikin orang nyasar.

      Delete
  2. Tiba-tiba dapat email atau pesan via medsos dari pembaca itu emang rasanya sesuatu banget ya, Rob. Haha.

    Ngomong-ngomong baca tulisan lu sekarang gue merasa lu cepet banget dewasanya, berasa baca tulisan mahasiswa tingkat akhir deh beneran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Julukan "mahasiswa semester lima" nggak lama lagi kejadian kok. Hahaha.

      Delete
  3. Memang rasanya sesuatu banget kalo ada orang terbantu berkat postingan blog kita.
    Dosen saya pernah cerita, katanya ada calon mahasiswa yang mau daftar ke prodi almamater saya karena baca postingan blog saya. Wah ternyata sampe segitunya ya

    Jadi memang Tulisan tentang share pengalaman, sesederhana apapun, justru bisa jadi info penting buat orang lain.

    ReplyDelete
  4. I can relate.

    Ane juga nulis tentang pengalaman ikut tes beasiswa. Engga lulus. Dan udah 2 tahun yang lalu. Tapi sampai sekarang, ketika musim tes beasiswa itu dibuka, selalunya ada yang komen di blog, DM instagram, sampai WA untuk nanyain beberapa hal.

    It seems sooo receh. Tapi, wew, sebegitunya ya nulis. Maksudnya, hey, it's been almost 3 years ago gue nulis. Dan mana gue ga lolos loh! Ini ngapain masih pada nanya wkwk. Disitu gue merasa, sedikit berharga. Tulisan gue.

    Maksudnya, saat itu gue mikir, ya gue nulis buat jadi mem-prasasti-kan momen hidup gue aja. Eh bisa berguna buat orang lain gituloh. Nah, berarti gimanapun tetaplah menulis. Hahaha.

    Karena kita gak tau kapan dan gimana tulisan kita itu mendapatkan pembacanya yang tepat :)

    Ea. Sekian.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...