Skip to main content

Menata Diri Lewat Blog

Libur semester kadang membuat saya bingung. Terbiasa di kampus disibukkan dengan segudang aktivitas, sesampainya pada liburan malah kebingungan. True story, pada liburan semester sebelumnya saya sempat sakit karena ... liburan. Tekanan yang sudah terbiasa diterima di kampus menghilang ketika liburan. 

Untuk mengisi liburan, saya ikut beberapa kepanitiaan di kampus. Hal ini cukup membuat saya beberapa kali ke kampus. Saya nggak peduli ada teman saya yang bilang, "Ngapain sih, udah liburan masih aja ke kampus?" Ya, kalau boleh saya jawab, saya belajar dari pengalaman. Hitung-hitung mencegah sakit dan tetap membuat tubuh selalu fit. Halah.

Kebetulan saya hari ini tidak ke kampus. Saya berpikir untuk mencari kesibukan lain. Di rumah, saya bisa bantu-bantu orang tua dan main bareng keponakan yang sekarang berumur 2 tahun. Namun, kangen juga rasanya liburan begini untuk ngeblog. Saya pergi ke warnet dan kembali menulis. Maklum, laptop saya sudah pensiun alias rusak.

Mungkin, hal ini penting saya tulis. 

Ada banyak hal yang mulai saya sadari, yang bagi saya selama ini baik, ternyata tidak.

Pertama, saya mulai menyadari bahwa penting untuk memberikan jamuan terbaik kepada tamu. Saya sudah lama menganggap blog ini sebagai rumah dan pembaca saya adalah teman yang sedang bertamu. Saya mulai berpikir, apakah selama ini jamuan saya sudah baik? Saya nggak tahu jawaban pastinya. Namun, sebuah nasihat pernah saya dapat, yaitu kamu tidak pernah bisa membuat semua orang puas atas apa yang kamu kerjakan. Hal itu yang membuat saya cukup tenang sebenarnya. Suka atau tidak suka, saya tetap akan mengerjakan apa yang saya suka. Bedanya, ke depannya saya akan membuat sedikit, atau bisa dibilang perubahan besar, mengenai konten yang akan saya tulis.

Satu hal yang membuat saya ingin mengubah konten adalah karena saya merasa tiga tahun slengean banget dalam menulis. Pada suatu malam, saya baca ulang tulisan saya periode 2014 sampai 2017 awal. Rasanya ... kok serem banget ya? Serem maksud saya adalah bagaimana ketika tulisan ini dibaca siswa saya kelak. Saya dengan pede bilang 'siswa' karena minimal saya akan mengikuti Praktik Keterampilan Mengajar (PKM) ke sekolah. Sekalipun saya nggak jadi seorang guru, saya akan ketemu siswa kelak.
Kedua, berkaitan dengan poin pertama, saya akan menghapus atau mengedit beberapa tulisan lama. Entah dihapus atau dijadikan kembali ke draf, intinya ada beberapa tulisan yang akan menghilang. Saya mohon maaf bila di dalam tulisan tersebut ternyata banyak menyakiti hati kalian. Karena dengan cara ini, saya berikhtiar untuk menata diri lewat blog.

Ketiga, saya mohon doa dari teman-teman untuk ikhtiar saya ini. Agar nantinya tulisan yang saya buat di blog ini dapat membawa manfaat. 

Terima kasih, teman-teman. Semoga kita selalu menjadi orang yang berkesempatan untuk membenahi diri.

Comments

  1. Ahhh begitu ya, padahal slengean uda jadi ciri khas blog ini , dulu,

    Slengeannya jg kebilang lucu...

    Tp emang si makin tambah umur, makin ngebenahin model pnulisan, soalnya ntar klo uda jd orang, kali aada yg stalkingin tulisan lama hahaha

    Smangat kmbali menata konten

    ReplyDelete
  2. Pantesan kok ada manis-manisnya gitu. Eh, beda-bedanya, gitu. Gue-nya udah ganti jadi Saya. Berasa aneh karena pas awal-awal baca blog ini pakainya 'Loe Gue Loe Gue', Rob.

    Tapi nggakpapa, ding. Blog kamu ini. Hehehe...

    ReplyDelete
  3. Keputusan itu ya tergantung kamunya juga sih, Rob, karena kamu yang lebih tau apa yg akan kamu hadapi nanti. Kalo dari sudut pembaca kayak saya mah nggak perlu dihapus. Toh nggak ada yang menyinggung merugikan pihak lain juga di tulisan yg pernah saya baca di sini. Ya, naik tingkat menjadi pengajar, nggak harus membuang kenangan saat masih menerima ajaran kan...

    ReplyDelete
  4. Gimana tulisan saya yang pernah kacaunya kelewat batas, ya? Wqwqwq. Perlu merenung lama mengenai hal itu. Beberapa sempet saya kembalikan ke draf, hapus, ada juga yang saya biarkan. Tapi karena terlalu banyak, akhirnya saya cuek. Toh lama-lama ada yang berubah dari tulisan saya. Penilaian buruk dan cap mesum dari pembaca juga perlahan hilang. Hal itu saya anggap bukti, bahwa setiap manusia pola pikirnya bisa bergeser.

    Apa pun keputusanmu, semoga itu yang terbaik dan bisa menulis dengan nyaman~

    ReplyDelete
  5. Konsistensi memang perlu, tapi rebranding sangat perlu jika dirasa perlu. Semangat Rob, calon bapak guru usia muda.

    ReplyDelete
  6. Mantap! Semoga jadi makin keren roob!

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...