Skip to main content

Buku yang Menghangatkan Rumah

Sumber: Pixabay

Saya punya prediksi, ketika libur kuliah nanti, banyak orang yang bingung mau melakukan apa. Terkhusus mahasiswa di kampus saya, UNJ.

Kampus saya punya waktu libur yang berbeda dibanding kampus lain. Kalau kampus lain sudah libur mulai dari Desember dan masuk di bulan Februari, kampus kami baru libur di bulan Februari dan masuk di bulan Maret. Makanya, saya sering menemukan momen liburan yang nggak beririsan.

Baca juga:

Contohnya, ketika teman-teman dari kampus lain mengajak liburan, anak-anak di kampus saya masih belum bisa ikut dengan alasan “belum tenang nih kalau belum UAS”. Itu cuma satu dari sekian contoh. Masih banyak lagi yang lainnya.

Dari latar belakang prediksi saya tersebut, saya menawarkan peminjaman buku ke teman di kontak WhatsApp. Caranya, saya sebar berita bahwa saya mau meminjamkan buku kepada mereka yang tertarik.


Saya senang ketika melihat respons dari teman-teman. Cukup banyak yang tertarik dan pinjam buku. Saya nggak ragu buat kasih pinjam buku ke teman saya itu, selama dia masih bisa dipercaya bakal mengembalikan buku. Yang terpenting sih bukunya dibaca.

Saya mulai berpikir, sudah saatnya buku-buku yang mulai memenuhi lemari ini harus bisa membawa manfaat. Bagaimana caranya? Sepertinya sulit untuk saya baca semua buku ini dalam waktu singkat untuk memperkaya diri. Jadilah saya buka peminjaman buku itu. Kebetulan saya pernah punya ide dan sempat berjalan sebentar tentang peminjaman buku. Mungkin akan saya ceritakan lain waktu di sini.

Sepulang dari kampus, menjelang tidur, saya siapkan beberapa buku yang bisa saya pinjamkan, lalu dikirim ke teman-teman yang tertarik untuk meminjam. Memang, saya masih selektif dalam meminjamkan buku, belum semua buku bisa saya pinjamkan. Ada beberapa alasan yang menjadi sebab kenapa saya nggak keluarkan semua buku yang ada di lemari.

Sambil membongkar isi lemari, saya bikin beberapa barisan buku di atas kasur untuk difoto. Orang tua saya yang duduk bersama saya ketika menyusun buku ikut memerhatikan aktivitas saya.

"Buku banyak banget, Bi. Mau bikin perpustakaan ya?" kata Mama.
"Iya, Ma," jawab saya mantap. "Itu salah satu cita-cita Robby."

Orang tua saya sebenarnya nggak heran dengan banyaknya buku di rumah. Buku-buku itu bukan cuma punya saya, tapi punya kakak saya yang nggak kalah banyak. Orang tua saya juga nggak heran dan merasa nggak masalah dengan banyaknya buku. Hal itu membuat saya nyaman.

Perasaan nyaman itu bahkan sudah terasa ketika saya masih hobi baca koran TopSkor saat SD—memulainya dari kelas 1 SD. Orang tua saya cukup mendukung dalam aktivitas membaca.

"Nanti," ujar Mama, "kalau udah punya rumah sendiri, siapin lemari yang besar. Taruh bukunya di situ."

Saya semringah mendengarnya. "Dibuka buat umum!"  timpal saya, semangat. "Nanti ada yang dateng, 'Yuk, kita main ke rumah Pak Robby'," kata saya, sambil menirukan suara anak-anak.

Saya membayangkan rumah saya kelak nanti dipenuhi orang-orang membaca buku.
Kemudian ada jeda sejenak. “Dibikin jadi tempat ngaji juga,” tambah saya.

Sambil saya menysun dan memfoto buku, ada satu hal yang saya rasakan dari percakapan singkat malam itu: kehangatan.

Ternyata, di balik kurangnya waktu saya di rumah karena kesibukan di kampus, saya masih bisa merasakan hangatnya obrolan keluarga. Obrolan yang mengajak saya untuk menggambarkan masa depan dan keberanian untuk bercita-cita.

Obrolan berlanjut. Bapak saya memberikan usul yang lebih ekstrem dari ide-ide yang sudah disebut sebelumnya. "Nanti ada khitanan massal!"  Kami bertiga tertawa. Hangat sekali rasanya.

Memang, buku bisa membawa dua orang bahkan lebih merasakan cairnya suasana. Di luar sana, ada lingkaran-lingkaran diskusi yang membahas suatu buku, terjadi interaksi.

Baca juga:
sumber: Pixabay

Di kelas-kelas, buku dibahas untuk memperdalam keilmuan jurusan yang kita pilih. Ada setitik rasa penasaran untuk mempelajarinya.

Di jalanan, buku-buku menjadi harapan bagi anak-anak yang belum beruntung secara pemenuhan kebutuhan pendidikan.

Dan malam itu, di rumah saya, buku menjadi penghangat komunikasi dan keberanian bercita-cita.

Walaupun liburan kampus tidak banyak yang bisa dilakukan bersama teman, saya bisa tahu kepada siapa saya bisa merasakan hangatnya liburan semester ini.

Comments

  1. Keluarga kamu keren ya, sepertinya semuanya suka buku dan mendukung anaknya buat punya buku banyak. Semoga cita-citanya bisa terwujud yaa, punya perpustakaan sendiri dan buat khitanan masal ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, alhamdulillah orang tua suka buku juga hehehe

      Delete
  2. Wahh salut sekali mas sepertinya satu keluarga pencinta buku ya, jadi saling mendukung satu sama lain. Malah saya terinspirasi buat minjamin buku2 investasi saya dengan cara bikin status di wa nanti... whehehe,,,

    ReplyDelete
  3. Masya Allah keren ka, boleh lah yaa pinjem bukunya, hehe. Akupun punya beberapa koleksi buku dan dipinjam2kan juga. Kemarin sudah mulai decluttering, jadi banyak juga buku-buku yang tak kasih aja sudah jarang bahkan gak pernah dibaca ulang lagi

    ReplyDelete
  4. Karena buku jadi tercipta hangatnya dalam keluarga... Boleh mungkin bukunya di share untuk dipinjem juga? Hehe

    ReplyDelete
  5. Ini cita cita saya juga sayang nggak didukung sama ortu akhirnya lari kemana mana itu buku tapi yang terakhir saya sumbangkan ke sebuah taman baca.

    ReplyDelete
  6. wah mirip ibuku dulu lagi aku kecil sampai bikin perpustakaan dan akhrinay difasilitasi oleh perumahan dibuatkan perpustakaan

    ReplyDelete
  7. sangat membuka jendela dunia nih dengan mengkoleksi buku dan membacanya! keren mas smga saya bisa soon.

    ReplyDelete
  8. Wihhh keren, coba aku tinggal di Jakarta pasti aku sudah minta kontakmu wkwkwk

    Btw, itu gimana manage nya biar semua yang pinjam bakal balikin bukunya? Soalnya saya punya pengalaman minjemin buku terus gak balik balik lahi

    ReplyDelete
  9. Wah kelas 1 sd sudah bisa membaca topskor rob, keren amat, aku mah baca lancar aja kelas 1 menuju kelas 2 sih

    Keren keluarganya rob,

    Aku juga ada cita cita bikin perpus kalau mini di rumah, walau pak suami kurang hobi baca, jadi cuma koleksiku aja yang bejibun sampai ber rak rak, pingin suatu saat nanti lebih dimanaje biar tertata dengan adanya perpus mini sih

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...