Skip to main content

Kita Targetkan di Bulan Ramadan Tahun Ini

Dua Ramadan terakhir, saya senang membuat target-target yang akan dicapai selama Ramadan. Biasanya, saya membuat daftar target ibadah beserta jumlahnya. Ada yang targetnya harian, pekanan, dan sebulan. Tentu, target-target itu berusaha sebenar mungkin niatnya hanya karena Allah.

Bulan Ramadan datang. Rasanya berbeda dari Ramadan sebelumnya. Lebih bersemangat, lebih tertantang karena ada target yang ingin dicapai. Kami yang merupakan teman sekelas jadi lebih sering mengingatkan.
Sumber: https://elmafitria.wordpress.com

Meskipun masih ada waktu 39 hari sebelum Ramadan (terhitung dari postingan ini di-upload), semangat itu harus mulai dibangkitkan. Terutama teman-teman saya di WhatsApp yang semangat upload pengingat Ramadan sejak h-100. Masya Allah. Semoga kita disampaikan pada bulan Ramadan.

Sedikit flashback. Belum pernah terpikirkan akan target-target seperti khatam Quran dalam sebulan, rutin qiyamullail, dan lain-lain. Belum, sama sekali belum. Satu-satunya targetan yang saya buat kala itu adalah puasa sebulan penuh tanpa bolong. Harus, soalnya nggak ada halangan kayak perempuan. Sekalipun pas berangkat pulang kampung, saya sering request untuk berangkat sore hari, biar dekat dengan waktu Magrib. Kalau besoknya belum sampai tujuan, sahur di bus, lanjut puasa.

Baru sampai di masa perkuliahan, saya mengerti bagaimana semangatnya mengejar targetan Ramadan.

Kala itu... 

Siang hari, di masjid kampus, saya dan teman-teman duduk melingkar dalam kegiatan mentoring. Kami menuliskan target apa saja selama sebulan Ramadan. Tilawah, shalat Dhuha, Tahajud, dan lain-lain. Nggak lupa kami tuliskan jumlahnya. Semuanya kami tulis di atas secarik kecil kertas.
Tilawah 30 juz selama Ramadan
Tahajud 5x/pekan
Dhuha 6x/pekan
dll..
“Sekarang,” ujar mentor kami, “masukin kertas ini di tempat yang paling sering kalian temui. Pokoknya biar kalian sering ingat sama targetan.”

Satu orang di antara kami berinisiatif menaruhnya di balik case handphone. “Boleh di situ juga.” Mentor kami tertawa kecil.

Baca juga: 


Bulan Ramadan datang. Rasanya berbeda dari Ramadan sebelumnya. Lebih bersemangat, lebih tertantang karena ada target yang ingin dicapai. Kami yang merupakan teman sekelas jadi lebih sering mengingatkan. Teman-teman saya yang semangatnya luar biasa semangatnya membuat saya ikut terpacu. Memang, kebaikan itu harus dilakukan bareng-bareng.

Contohnya, ketika teman saya membaca Alquran sebelum kelas, saya jadi ikutan. Kami saling mengajak untuk mengerjakan sholat Dhuha. Begitulah. Rasanya jadi semakin semangat.

Setelah sebulan Ramadan berlalu, kami bertemu lagi. Kami diingatkan akan target-target yang pernah kami tulis. Kami buka lagi case handphone, me-review selama sebulan kemarin. Ada yang merasa gagal karena nggak istiqomah (ya, itu saya). Ada beberapa poin yang membuat tersenyum karena sukses dilaksanakan.

Di akhir pertemuan, kami mendapat suatu pesan terkait apa yang telah kami lakukan selama sebulan lebih.

“Dulu,” mentor kami membuka pembicaraan, “sahabat Rasulullah mempersiapkan Ramadan enam bulan sebelumnya. Mereka berdoa agar Allah sampaikan usianya ke bulan penuh berkah ini.”

“Setelah itu,” kalimatnya kini penuh penekanan, “enam bulan pasca Ramadan adalah evaluasi, sembari berdoa agar Allah terima amal ibadah di bulan itu.”

Sepercik motivasi itu menjadi oase bagi saya untuk meningkatkan kualitas ibadah. Yang sering terjadi pada saya: bulan Ramadan berlalu, tetapi kualitas dan kuantitas ibadah stagnan, malah menurun. Astaghfirullah.

Kondisi yang sangat tidak cocok dengan tujuan bulan Ramadan itu sendiri. Mengutip salah satu perkataan seorang ustadz yang pernah saya dengar di suatu masjid, “Bulan Ramadan adalah bulan pendidikan. Bulan yang mendidik diri kita menjadi lebih baik sebagai manusia, kepada Allah dan sesamanya.”

Semangat itu yang sering menghilang di dalam diri.

***

Mendekati bulan Ramadan 1441 hijirah, mari sama-sama berdoa agar usia kita disampaikan ke bulan penuh berkah itu, sama seperti yang dilakukan oleh para sahabat. Yuk kita targetkan untuk Ramadan ini lebih baik dari tahun lalu. Mungkin bisa dengan apa yang pernah saya lakukan dulu.

Satu lagi yang nggak kalah penting, yaitu membiasakannya sebelum Ramadan datang. Melakukan pembiasaan sebelum menargetkan . Insya Allah akan membuat kita merasa lebih ringan dalam melakukan aktivitas ibadah.

Semangat! Intinya, kita targetkan di bulan Ramadan tahun ini, kita harus menang, ya.

Comments

  1. Nice Sharing. Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan ketaqwaan. Perencanaan yang baik, niat dan tekad yang bulat adalah upaya untuk tidak menyia-nyiakannya.

    Dahsyat, salam kenal mas.

    ReplyDelete
  2. setiap orang pasti punya niat yang berbeda dan harapan dan apa ayng akan dicapai ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Niat utamanya tetep karena Allah mbak hehehe, bismillah

      Delete
  3. bener nih
    gue sendiri pun, masih berusaha buat melakukan hal ini layaknya suatu kebiasaan. entah itu shalat dhuha maupun shalat tahajud.

    punya temen yang satu frekuensi dengan semangat yang sama itu emang lebih nikmat sih. jadi makin terpacu buat mengerjakannya.

    semoga kita bisa bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini
    amiin

    ReplyDelete
  4. bener banget, sekarang udah ngerasain, pas sendiri, buat ibadah itu terasa jauh lebih sulit karena ngga ada yang ngingetin. semoga kita semua menang, yaa. amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya, bener banget. Kayak ada yang hilang, gitu~

      Aamiin

      Delete
  5. Aduh.. post infonya bikin saya kangen ramadan.. gak berasa ramadan sudah dekat ya..😍

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...