Skip to main content

Dari Podcast Turun ke Hati

Suatu waktu saya mendengar kisah dari Kang Dewa Eka Prayoga. Beliau sering banget berbagi ilmu tentang jualan. Beliau sering jadi pemateri dalam seminar-seminar. Beliau cerita di podcast-nya, ternyata banyak orang di luar sana yang pengin belajar juga, tapi nggak bisa ikut seminarnya karena terhambat jarak. Kang Dewa terpikirkan, bagaimana caranya orang-orang tersebut bisa tetap belajar. Akhirnya, beliau buatlah medium-medium lain yang mudah diakses di mana pun dan kapan pun. Dibuatlah podcast dan video di Youtube.

Kisah hidupnya luar biasa penuh lika-liku. Dulu beliau pernah ditipu bermiliaran rupiah hingga akhirnya berutang pada pemberi saham, hingga dalam kurun waktu sekitar 5 tahun utangnya tersebut dilunaskan. Pengalaman dan kiat-kiatnya dalam membangun bisnis dibagikan melalui konten-konten, baik berupa postingan Instagram, podcast, maupun video di Youtube.

Saya menangkap satu hal dari podcastnya kala itu. Bagaimana Kang Dewa tetap ingin memberikan kebermanfaatan dalam segala lini media sosial. Dilihat dari niatnya untuk membuat konten-konten dalam bentuk audio, visual, maupun audio-visual. Bermula dari sini, saya terinspirasi oleh Kang Dewa. Maka setelah mendengar podcast tersebut, saya memutuskan untuk membuat podcast.

Mau ngomonin apa? Apa aja dah yang penting bermanfaat. Bismillah.

Bukan hal baru sebenarnya, mengingat dulu saya pernah kenal podcast sejak tahun 2016. Memang baru ada kemauan untuk membuatnya. Hitung-hitung bisa menjadi selingan di kala lelah menulis.

Nama podcast saya Konsisten Bermanfaat, tersedia di Spotify dan Anchor. Sejauh ini saya suka membahas tentang pengembangan diri dan motivasi, tentu dengan balutan curhat. Hehe.

Tampilan di Spotify
Episode terakhir saya membahas tentang berkolaborasi dalam kebaikan, sekaligus review buku Kolaborasi Kebaikan karya Alfath Bagus Panuntun. Monggo mampir~

Comments

  1. Keren, Rob. Mudah-mudahan bisa konsisten di dunia podcast, biar bisa ada blogger lain yang main selain bang Firman. Mau main juga, tapi dengar voicenote suara sendiri saja malu.

    Eh, template barunya keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga ketawa sendiri kalau denger suara sendiri :D

      Wah alhamdulillah.. Penyegaran lagi dengan template baru

      Delete
  2. saya sellu tertarik dengar podscat, bahkan punya keinginan buat podcast. Tapi mengingat suara sendiri tak mendukung yasudah jadi pendengar yang budiman sahaja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, sama mbak, saya juga masih belajar buat rekamannya :D

      Delete
  3. Wahh telat nih baru buka postingannya. Sukses yaa kak Robby 👍👍👍

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...