Skip to main content

Mencoba Produktif dengan To-Do-List

Lebih dari sebulan* segala aktivitas banyak dilakukan dari rumah. Kalau ditanya bagaimana perasaannya, kurang bervariasi aja rasanya. Kangen kejar-kejaran bus Transjakarta 5C di Harmoni, ketiduran sampai Kampung Melayu sewaktu mau ke kampus Rawamangun, dan masih banyak drama sebelum kuliah lainnya. Sekarang, drama yang dialami paling sekadar ketiduran dan telat online

Asyiknya, selama pandemi, saya jadi punya banyak waktu melakukan banyak hal. Kadang, melakukan banyak hal dalam satu waktu. Misal, nugas sambil bikin sirup sambil rapat online sambil ngetik buat tulisan di blog. Dengan kata lain, blenger juga kalau begini terus. Saya nggak pernah bisa fokus. 

Saya berstrategi agar seluruh aktivitas harian bisa (mendekati) maksimal hasilnya. Ya, sebuah cara yang sering saya buat, tetapi sering juga tidak terlaksana: membuat to do list harian.

sumber: Pixabay


Sempat ragu dalam memakai cara ini. Karena, menurut saya, buat apa bikin daftar kegiatan kalau akhirnya nanti ada yang nggak dikerjakan atau bahkan nggak dilakukan sama sekali. Buat apa kalau begitu caranya. 

Sampai akhirnya, saya terinspirasi dari postingan di media sosial yang bersliweran. Gapapa, walau belum bisa maksimal seratus persen terlaksana, yang penting usaha. Wah, saya tertampar nih. 

Di postingan yang lain, ada seseorang yang mengibaratkan aktivitas harian seperti membeli barang di minimarket. Pertama harus beli susu, kedua mi instan, ketiga ... duh, lupa. Deodoran butuh beli nggak ya? Hal itu yang sering saya rasakan. Akhirnya, sampai rumah saya baru ingat, “Oh iya, saya butuh sabun. Tapi kenapa nggak kebeli?!”

Satu keputusan muncul dalam kepala saya: tulis to do list untuk esok hari!

Awalnya saya buat. Pagi saya harus apa, selanjutnya ini, siangnya tidur siang, setelah itu melakukan itu, dan seterusnya. Pada pelaksanaannya memang belum sepenuhnya terlaksana. Ada yang gagal dalam estimasi waktu pada target aktivitas, ada yang kelupaan karena nggak megang catatan, dan gangguan lainnya.

“Hari kemarin bukan berarti bikin saya kapok. Saya harus mencoba hari ini,” begitu kata saya dalam hati, bersemangat. Lama-kelamaan, saya makin senang dengan mengatur hidup saya agar aktivitas selama sehari bisa optimal. Biasanya saya akan buat to do list malam sebelumnya atau sangat pagi setelah shalat Subuh. Selanjutnya, saya seperti seorang panitia acara sekaligus pesertanya. Mengikuti rundown yang saya sepakati sendiri. 

Kalau diingat-ingat, apa yang saya lakukan sama seperti di game. Saya pernah main Point Blank, di sana ada daftar objectives apa saja yang harus diselesaikan demi mendapatkan sebuah lencana. Hal demikian memang tidak saya dapatkan dalam diri saya. Saya nggak mungkin memberi lencana kepada diri saya sendiri setelah “misi-misi harian” saya selesai. Lencana apa? Paling yang saya tahu cuma Lencana Merah.

sumber: klikindogrosir
Sebagai wujud apresiasi diri, saya akan mencoret daftar aktivitas harian yang berhasil saya lakukan, membacanya kembali sebelum tidur, dan merasa bahagia dengannya. 

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS. Al-Insyirah: 7)

*Tulisan ini dibuat sebulan setelah PSBB di Jakarta dimulai

Comments

  1. Pernah buat cara serupa, tapi pembagiannya hanya pagi-siang-sore-malam. Sempat jalan. Meski pada akhirnya harus digerus oleh banyak hal. Salah satunya tugas yang tidak menentu. Waktu me time bisa dipakai untuk kerja hal lain. Sampai-sampai, sempat bertanya ke diri sendiri,"ini saya kalan waktu istirahatnya?"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, yang nyebelin kalau tiba-tiba ada tugas dadakan. Ambyar dah :D

      Delete
  2. Bikin to-do-list ini emang butuh usaha ekstra biar jadi kebiasaan. Suka lupa dan ngeremehin padahal kalau dilakuin secara tekun bakal punya pengaruh positif.

    Bener banget, kayak objective di game (saya juga dulu pas SMA doyan PB juga), meski ga dapet poin, tapi kalau udah dilakuin jadi serasa plong dan mungkin nambah EXP kehidupan nyata kita hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget kang. Dorongannya kuat insya Allah karena tau hal itu punya pengaruh positif hehehe. Semangat

      Delete
  3. Saya termasuk yang hidupnya pakai to do list mas, terbiasa karena pekerjaan. kalau nggak ada to do list jadi keteteran. Hehe. Biasanya saya buat to do list mingguan sudah include jadwal meeting dan ini itunya. Berhubung sekarang Corona dan WFH, to do list saya kebanyakan berisi Google Meet dengan rekan-rekan. Sisanya saya isi Netflix-ing, Blogging dan Sleeping (ini yang utama) hahahaha 😂

    Menurut saya, punya to do list bisa membantu kita untuk keep on track. Even saat belanja bulanan saya selalu punya checklist apa yang mau dibelanjakan. Jadi segala sesuatunya nggak keluar dari jalurnya 🤣 paling lewat lewat sikit seperti beli camilan 🙈

    Semangat to do list, mas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantap, alhamdulillah mbak. Jadi makin yakin sama keuntungan bikin to do list, baik pekanan atau harian~

      Semangat juga mbak!

      Delete
  4. Kalo saya belum pernah bikin jadwal kegiatan seperti itu mas, masih sesukanya saja, padahal jika buat daftar kegiatan sepertinya seru juga ya, jadi lebih terarah gitu.

    Soal nanti dikerjakan atau tidak itu ngga masalah, yang penting sudah berusaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huehehe gapapa mas, ini cuma cara aja biar hari-hari kita produktif :D

      Semangat mas Agus!

      Delete
  5. Wah, template baru~ lebih ciamik dipandangnya nih ��

    Katanya kalau menggunakan to-do-list ada rasa senang saat berhasil mencoret poin-poin yang ada didaftar maka dari itu banyak orang yang suka memakai sistem ini :D

    Aku pribadi nggak memakai sistem ini untuk kegiatan sehari-hari tapi aku suka pakai sistem seperti ini saat ingin pergi belanja hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huehehe, alhamdulillah mbak. Berusaha menyesuaikan tantangan zaman :D

      Bener banget mbak! Kayak ada manis-manisnya tiap nyoret poin hehe

      Delete
  6. ini template blog nya baru lagi ya?

    ngomongin to do list, selama gue di pondok, biasanya selalu menggunakan metode itu sih. meskipun enggak semuanya terlaksana, tapi nyoret atau menandai hal yang ingin kita kerjakan di hari itu dan bisa tuntas kita selesaikan, jadi ada rasa bahagianya tersendiri sih

    sekarang gue mau mulai juga sih nih
    mulai dari dikit-dikit dulu lah

    ehe

    ReplyDelete
  7. To do list memang membantu agar hidup lebih teratur dan nggak melewatkan hari begitu saja. Saya termasuk yang jarang bikin to do list dengan catatan paling berbekal ingatan. Sebelnya kalo udah bikin, kadang ada acara dadakan jadinya harus ngerombak jadwal lagi deh!

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...