Skip to main content

Akhir Kisah Sarjana

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimushshalihat.

Kalau terakhir lihat postingan ada di bulan April dan sekarang sudah Oktober, 6 bulan terakhir ada beberapa cerita yang mau saya tulis singkat di sini. 

Pertama, punya motor.

Satu hal yang nggak banyak orang tahu adalah saya belum mahir betul naik motor. Alasannya simple: nggak sering mencoba. Bersyukur dulu ketika beramanah di BEM tingkat universitas sering (dipaksa) belajar motor. Jam 10 malam dari Rawamangun ke Kalideres. 

Bulan Syawal tahun ini akhirnya saya punya motor, setelah beberapa pekan sebelumnya motor di rumah kami dicuri orang. Terhitung sampai saat ini, saya sudah 2 kali jatuh dan 2 kali hampir jatuh dari motor. Sebuah capaian yang nggak bisa dibanggakan tentunya. Sampai seorang kawan bilang, “Sekali lagi jatuh dapet piring cantik lu, Rob.”

Bukan tanpa alasan. Karena tadi, saya belum mahir betul. Tapi, dengan modal nekat, terhitung sejak punya motor, saya sudah pernah mengendarai motor dari Jakarta sampai Subang 2 kali, plus Bandung sewaktu ke Masjid Salman ITB. Nggak lancarnya aja sampai Bandung, mungkin sedikit jam terbang lagi bisa sampai Semarang nih.

Kedua, lulus.

Ini yang paling satisfying. Gimana nggak, setiap saat ketemu laptop, baca-baca artikel dan skripsi orang lain, dan akhirnya semua bisa dituntaskan. Alhamdulillah.

Sebetulnya bagian ini paling enak ditulis dalam satu tulisan tersendiri. Namun, satu hal yang perlu jadi catatan buat saya pribadi adalah kalau memang serius dan punya kemauan, pasti akan ada hasilnya. 

Alhamdulillah, telah tuntas amanah akademik. Ketika diberikan Surat Keterangan Lulus, tertulis predikat kelulusan “sangat memuaskan”. Puas. Alhamdulillah puas banget selesai kuliah 4 tahun lewat 24 bulan. 

Hehe.

Ketiga, pindah tempat mengajar.

Uniknya, bagian ini saya dapatkan sebelum saya daftar sidang. Saat itu posisi saya sedang sebulan menganggur setelah resign dari suatu sekolah dasar. Pekerjaan ini juga jadi salah satu “pendorong” saya untuk segera lulus.

Sepertinya itu saja untuk kali ini. Kapan-kapan mau bahas buku di sini. Semoga bisa.

Comments

  1. Selamat Roob akhirnya lulus jugaaa....
    Berarti kuliahnya keguruan ya Rob? Habis lulus nggak coba ambil PPG Pra jabatan aja?

    ReplyDelete
  2. Barakallah fiik kak atas pencapaian2nya.
    Btw bisa2nya seseorang yg "katanya" belum mahir betul naik motor tapi bisa nyampe Bandung dan Subang. Maasyaa Allah...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...