Skip to main content

Libur Lebaran 2024

Hari ini masuk pertama sekolah. Aktivitas pertama yang saya lakukan bersama para siswa adalah menulis cerita selama liburan. Mungkin dalam benak kalian akan bertanya, “Kamu sebenarnya guru apa?” Ya, betul, saya adalah guru kimia. 

Bagaimana kisahnya? Nanti akan saya tulis di postingan terpisah.
Sebagaimana siswa-siswa saya di sekolah, kali ini saya juga akan menceritakan libur akhir puasa dan lebaran kemarin.

1/ 
Libur akhir puasa dimulai tanggal 4 April. 3 hari sebelumnya saya sudah memulai i’tikaf di Masjid Baitul Ilmy, Labschool Rawamangun, Jakarta Timur. Ada kesan bahagia ketika bisa kembali i’tikaf di Labschool Rawamangun, setelah terakhir kali diadakan tahun 2019. Bahagia karena kembali ke sini, bahagia karena masih bisa merasakan i’tikaf

2/
Tanggal 6 April saya, bapak, dan mama berangkat mudik dengan tujuan Grobogan, Jawa Tengah. Memasukai daerah Karawang, bus yang kami tumpangi seketika mengeluarkan asap dan suara gaduh. Beberapa penumpang menjerit. Ada pula yang terbangun dari tidurnya (itu saya). Akhirnya bus berhenti di pinggir jalan tol karena mengalami pecah ban sehingga perjalanan terhenti 3 jam.



3/
Ada satu hal yang cukup disesali pada momen liburan kali ini. Kejadiannya mendekati 10 hari terakhir Ramadhan.

Ketika itu, momennya saya sedang dapat uang tambahan. Tercetuslah pikiran untuk belanja kebutuhan di rumah. Jarang-jarang sebetulnya, kapan lagi, kan, bisa kasih sesuatu buat orang tua, pikir saya. 
Bukan itu bagian yang membuat saya menyesal.

Saya ingat, di rumah ada satu sachet bumbu tomyum. Pikir saya, “Sekalian aja kali ya sedia stok bahan tomyum buat di rumah. Nanti dimasak setelah lebaran.” Akhirnya pergilah saya belanja ke toserba untuk beli bahan-bahan makanan. Jumlahnya terbilang cukup banyak. 

Waktu itu sudah mulai masuk 10 hari terakhir. Saya sudah bertekad untuk memaksimalkan waktu untuk i’tikaf. Ketika perjalanan dari toko menuju ke rumah, saya baru sadar, “Lho, nanti kan mau mudik ya? Kulkas berarti dimatiin dong.” Di situlah saya merasa keputusan beli bahan-bahan tomyum jadi kurang tepat. Apalagi niatnya mau dimasak setelah lebaran. Apalagi ini jumlahnya banyak. Duh.

Dengan segala strategi, akhirnya diputuskan beberapa hal: dumpling keju langsung digoreng untuk bekal saat perjalanan, bumbu tomyum dibawa ke kampung, bahan-bahan dibekukan ditambah es batu yang dibungkus goodie bag berlapis-lapis. Semua di luar rencana.

Untungnya semua bahan bisa tereksekusi dengan baik. Semuanya dimasak di kampung.



4/
Kenapa kalau di kampung hawanya pengin minum teh daun dan kopi terus ya?

Comments

Popular posts from this blog

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kebiasaan Buruk Pengunjung Gramedia

Gue merasa ada perubahan dalam diri mengenai minat membaca buku. Walaupun gue cuma baca buku jenis tertentu (pastinya menghindari buku pelajaran), tapi setidaknya ada peningkatan dalam minat baca buku. Dulu, gue nggak tahan baca novel selama 20 menit. Sekarang, gue bisa 30 menit baca novel. 10 menit buat baca, sisanya gue ketiduran. Peningkatan itu ditandai dengan seringnya gue ke Gramedia. Setiap pulang les, tepatnya hari Minggu (saat kelas 10) atau Sabtu (saat kelas 11), gue sering ke Gramedia buat beli atau sekedar liat-liat buku baru. Baca juga: Ngomongin Buku: What I Talk About When I Talk About Running - Haruki Murakami Buku yang Menghangatkan Rumah   Pokoknya, Gramedia tempat ngabisin waktu paling seru~ (Gue nggak tau ini Gramed mana. Sumber: Google) Karena seringnya gue ke Gramedia, gue jadi tau kebiasaan pengunjung Gramedia. Mungkin nggak cuma di Gramedia, tapi di toko buku lainnya juga hampir mirip kebiasaannya. Berikut adalah kebiasaan buruk yang gue amati...