Skip to main content

Memeluk Buku-buku yang Bertumpuk

Saya pernah berpikir, “Buku-buku di lemari ini, setelah saya meninggal, mau dibawa ke mana ya?” Sepertinya hanya akan tetap menumpuk. Ketika buku selesai dibaca, ia akan kembali bersama tumpukan buku yang lebih dahulu saya baca; selesai atau cuma sebagian. 

Jujur, sampai saat ini, saya berobsesi pengin punya banyak buku. Andai dikasih kesempatan, saya mau punya perpustakaan sendiri di rumah, buku yang menghangatkan rumah. Minimal tempat baca untuk umum.

Karena saya percaya prinsipnya: buku memang selesai di tumpukan, tapi isinya harus disebarkan. Saya nggak bisa senang sendirian karena baca buku. Orang lain harus tau isi dari apa yang saya baca, secara ide dan manfaat. Entah itu mereka yang membaca atau saya yang menceritakan. 

Namun, ada kalanya saya nggak suka dengan tumpukan buku. Beberapa kali ini saya berpikir, mau ditaruh mana lagi nih kalau beli buku baru. Saya harus mengurangi sedikit tumpukan ini. 

Salah satu caranya—pernah saya tulis di tulisan berjudul "Pengalaman Berjualan Buku". Saat itu saya butuh “penyegaran” terhadap buku-buku yang saya punya. Beberapa buku baru saya beli dari uang menjual buku. Kalau ada istilah nyawa dibayar nyawa, kali ini buku dibayar buku. Satu per satu buku berpindah ke tangan orang lain. Selebihnya, uangnya saya beli kebutuhan bulanan.

Cara lain yang pernah saya lakukan adalah dengan meminjamkannya. Memang, dengan meminjamkan, artinya buku saya kelak bertumpuk lagi suatu saat setelah waktu peminjaman usai. Setidaknya, setelah dipikir-pikir, buku-buku ini tidak berhenti di lemari dan di kepala saya. 

Bicara soal pinjam-meminjam buku, saya punya cerita tersendiri tentangnya. Mulai dari dulu yang trauma minjemin buku sampai sekarang yang seneng bukan main. Semua itu prosesnya sekitar 4 tahun untuk mengubahnya. 

Buku saya memang nggak sebanyak di perpustakaan. Atau kutu buku yang kamu kenal, baik itu temanmu atau tokoh terkenal. Lebih-lebih, tokoh terkenal itu ternyata temanmu. Buku-buku itu jumlahnya cukup bisa saya peluk ketika bertumpuk. Tapi saya meluknya sambil duduk.

Memeluk Buku-buku yang Bertumpuk”—judul tulisan ini—adalah penjelasan awal dari apa yang ingin saya kerjakan ke depan. Proyek ini adalah kumpulan pengalaman saya tentang pinjam-meminjam buku. Proyek ini juga akan menceritakan pengalaman dari mana saya terinspirasi membuat suatu wadah peminjaman buku. Di proyek ini juga, saya bercerita, ada motivasi kuat yang membuat saya mau meminjamkan buku, bukan hanya sekadar meminjamkan.



Dari apa yang akan saya kerjakan ke depan, saya punya harapan ada orang-orang yang terpantik untuk melakukan hal lebih dari apa yang sudah saya lakukan. Lewat “Memeluk Buku-buku yang Bertumpuk”, saya mau mengajak orang-orang untuk memikirkan kembali: bagaimana memperlakukan buku-buku mereka yang bertumpuk. 

Saya membayangkan, andai kumpulan tulisan ini menjadi buku, maka “Memeluk Buku-buku yang Bertumpuk” adalah judulnya. Di dalamnya, nanti akan ada beberapa tulisan. Saya berencana akan mengisinya dengan 5 tulisan.

Rencananya, setiap tulisannya akan di-publish di blog ini setiap Jumat 16.00 WIB. Jadi, biar tetap update, tandai waktunya jam segitu ya. Hehehe. 

Atau bisa juga subscribe blog ini dengan memasukkan email di kolom “Berlangganan gratis”. 

Selamat memeluk buku-buku yang bertumpuk.

***

[UPDATE] Di sini ada daftar isi dari 5 tulisan yang dimaksud. Silakan baca rangkaian ceritanya dengan klik link di bawah
1. Dilanmu, Dilanku, Dilan Kita Semua
2. Motivasi Meminjamkan Buku
3. Tempat Pinjam Buku
4. Membangun Tepi Buku
5. Gerilya Bersenjatakan Buku

Comments

  1. Wahhh sepertinya blog ini akan mulai memasuki kisah memeluk buku-buku yang bertumpukkk. Ternyata ada juga yah barter atau pertukaran tapi kali ini buku dengan buku dan tujuannya untuk berbagi ilmu. Keren sihhh! Lanjutkan :D

    ReplyDelete
  2. bakalan jadi cerbung gitu atau gimana tuh,rob?

    emang mesti di akui sih, kalo membaca buku memang jauuuh lebih enak dengan memegang fisiknya gitu. karena selain bisa dicium bau nya, bisa dimasukkan ke instagram cuyy. hahaha
    tapi enggak tau deh, sekarang malah pengen memulai untuk papper less gitu kalo gue. jadi, enggak perlu beli buku catatan lagi, semuanya dikerjakan dari tablet gitu. biar lebih gampang. tapi sekarang pun belum ke kumpul duitnya
    ehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyap, mungkin bisa dibilang cerbung hehehe

      Saya belum terbiasa baca buku elektronik. Baca artikel jurnal aja sering pusing :')

      Delete
  3. Saya dulu juga punya rencana untuk bikin taman bacaan buku kang, dari dulu beli banyak buku, novel, dan komik agar bacaannya banyak. Tapi sayang ternyata dana saya untuk beli buku terbatas.😂

    ReplyDelete
  4. kalo saya sih krna g bisa bikin taman bacaan akhir nya nge blog aja deh heeh

    mari berteman yuk aaling follow..

    ReplyDelete
  5. Haseeekk! Makin ke sini makin banyak temen blogger yang bikin proyekan menulis yang macem-macem. Seneng deh. Hehe.

    ReplyDelete
  6. MUANTAAAP! Semoga perpustakaannya terwujud ya mas!

    Btw, salam kenal! :D

    ReplyDelete
  7. Wah update lagi akhirnya haha

    Saya jadi teringat sebuah quotes yang menggantung di dinding perpustakaan di kampus saya, katanya "Aku rela dipenjara, asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas." Seorang tokoh proklamator fenomenal. Yup, mari membiasakan membaca buku serta membagikan hikmahnya yang ada.

    Keren nih, semoga kesampaian ya kumpulan tulisan di dalam buku yang berjudul "Memeluk Buku-buku yang Bertumpuk"😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya, hahaha

      Kutipan itu kayaknya akan selalu hidup di perpustakaan mana pun ya

      Yang penting bisa bawa manfaat juga, aamiin

      Delete
  8. Meski sudah baca wejangan kamu, meminjamkan buku masih jadi hal yang berat saya lakukan. Bukan pelit ilmu, lebih kepada apakah akan amanah dalam menjaga buku tersebut

    ReplyDelete
  9. Semangat untuk proyek terbarunya mas Robby :D semoga lancarrr ~ ehehehe. Selalu salut sama orang-orang kreatif seperti mas :> ditunggu waktu rilis proyeknya, yaaaa!

    ReplyDelete
  10. Wowoowow keren bgt ini, semangat trus yaa.. Bbrpa kali justru aku kapok minjemin buku tp ga balik lagi.. Kn ku pengin punya perpus sendiri besok lusa. Hhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha saya juga pernah merasa gitu mbak, kapok :D

      Delete
  11. Minjemin buku? Hampir nggak pernah. Kemarin sempat ada anggota grup menulis meminjam salah satu buku saya untuk referensi dia, Dikiri pakai jasa pengiriman karena kami bertemu pun nggak pernah. Jujur aja memang minjemin buku ini nggak semuda mengatakannya...kwkwk. Karena kalau belum kenal banget akhirnya was-was...entah takut nggak balik atau malah rusak, apalagi kalau bukunya udah langka gitu..Auto sedih, kan. BTW, itu ada buku kita yang samaan, lho. Bukunya Ustadz Salim A. Fillah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga mbak, kalau belum kenal kayaknya banyak keraguan gitu~

      Waaah. Bukunya keren mbak, saya suka gaya bahasa gurunda.

      Delete
  12. Waaah, udah lama nggak meninggalkan jejak di sini mbak :D

    ReplyDelete
  13. Efek pandemi ini, saya juga lagi seneng sekali mengoleksi buku. Entah bekas atau pun baru. Dan efek pandemi pula, tahun ini minat baca saya jadi naik karena dirumah saja. buku kayaknya mjd salah satu alasan yang bikin betah di rumah wkwk Suka nongkrong di depan perpus sendiri, wih asik mas.

    project yang mantap, mas. Semoga terlaksana!
    Slm.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah bener banget mas. Mumpung di rumah aja kan, akses buku jadi mudah hehehe

      Delete
  14. Saya juga ga nyangka dulu pernah mikir kalau koleksi buku saya dikit banget, terus beli satu, beli lagi, beli lagi, eh sekarang malah numpuk. Emang bener kudu ada cara biar bisa kepake orang, sayang banget kalau jadi koleksi sendiri, pajangan doang lagi.

    Moga istiqomah terus proyeknya~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak kepikiran ya mas buat jadi kolektor buku. Abis satu, kecanduan, lanjut lagi :')

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca. Mari berbagi bersama di kolom komentar.

Popular posts from this blog

Katakan pada Dunia, Inilah Resolusi 2019-ku!

Seperti biasanya, setiap tahun baru di kepala saya banyak muncul keinginan yang ingin dicapai. Agak bingung juga kenapa harus sampai di momen pergantian tahun keinginan itu menggebu untuk tercapai. Mungkin lebih tepat dikatakan bila momen pergantian tahun sebagai momen untuk membuat daftar keinginan. Menata lagi mana yang penting untuk ditunaikan. Tidak masalah sepertinya. Lebih baik seperti ini ketimbang bingung harus apa. Setidaknya dengan adanya tujuan, arah gerak saya menjadi lebih teratur. Menjelang pergantian tahun saya sudah melihat beberapa teman membuat daftar harapannya. Ada yang benar-benar mempublikasikannya di media sosial. Keren. Semua orang bisa lihat itu. Dari situ, bisa jadi orang-orang yang melihat tulisannya ikut berperan untuk membantu orang itu mewujudkannya. Berbeda dengan saya. Kali ini, untuk daftar-daftar semacamnya biar menjadi rahasia saya (sebenarnya belum dibuat versi rapi dan tersusunnya juga, sih). Namun, bukan berarti keinginan itu menjadi satu hal ya...

Kumpul-kumpul Lucu Bareng Blogger Jabodetabek

Pertemuan yang kuimpikan, kini jadi kenyataan. Kira-kira begitulah lirik lagu yang cocok dengan isi post ini. Ehm, tapi kok jadi dangdut begini? Tanggal 11 Desember 2016 gue ikut kopdar blogger kedua dalam hidup. Tempatnya di Taman Ismail Marzuki. Satu hal yang mengganggu pikiran gue adalah: di mana itu Taman Ismail Marzuki. yang bikin: instagram.com/tigabumi Tiga hari sebelum kopdar gue sempat nyari informasi rute ke Taman Ismail Marzuki. Karena gue pengguna Transjakarta sejati, dengan usaha keras gue cari di halaman pertama Google. Hingga akhirnya bertemu sebuah blog yang mencerahkan kegundahan. Di sana disebutkan bahwa dari halte Kalideres naik bus ke arah Harmoni. Lalu nyambung naik ke arah Blok M, turun di Bank Indonesia. Kemudian di Bank Indonesia ngasih lamaran kerja jalan sebentar sampai perempatan, naik kopaja 502. Yok, semoga ngangkat. Semoga penjelasan tadi bisa masuk page one. Muehehe. Kali aja ada yang nggak tahu jalan kayak gue. Udah gue jelasin, nih. Huh...

Ngeblog Dapat Buku? Kuy!

Gue mulai rajin beli buku sejak kelas 9 SMP. Dengan kondisi keuangan yang cukup saat itu, gue mulai beli novel. Sampai sekarang, novel yang gue punya di lemari jumlahnya sekitar dua puluhan. Masih sedikit, sih. Tapi gue merasa udah banyak banget untuk kapasitas lemari yang nggak terlalu besar di rumah. Daripada terlalu lama bertahan di lemari gue, alangkah baiknya buku-buku itu gue berikan ke orang lain yang ingin membacanya, yang dekat hubungannya dengan blog ini, yaitu pembaca blog robbyharyanto.com . (Basa-basinya gini doang, kok. Maklum, gue amatir dalam membuat giveaway. Baru pertama kali.) Jadi, gue mengajak kamu yang baca postingan ini, terutama yang sering mampir ke blog robbyharyanto.com, buat ikutan giveaway yang sedang gue adakan. Hadiahnya adalah buku koleksi gue. Jangan salah, walaupun bukunya bekas, gue punya kebiasaan baik merawat buku, kok. Buku gue kebanyakan disampul. Jadi, nggak terlalu jelek-jelek amatlah. Paling warna kertasnya aja yang sedikit menguning, ka...